Likuiditas masih tetap aman



JAKARTA. Likuiditas perbankan cenderung mengetat pada pertengahan tahun ini seiring melambatnya pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK). Namun, Bank Indonesia menilai posisi likuiditas perbankan saat ini masih aman dan memadai.

Deputi Gubernur Bank Indonesia, Halim Alamsyah mengatakan, saat ini likuiditas perbankan lebih baik ketimbang tahun 2008. Pada masa lima tahun lampau, likuiditas masih aman jika ada penarikan dana tunai hingga 13% dari total dana pihak ketiga (DPK). Sementara tahun ini, likuiditas masih aman meski seandainya terjadi penarikan dana 18,2% dari DPK. Per Mei 2013, total DPK perbankan Rp 3.349,66 triliun atau tumbuh 15,15% secara tahunan.

Halim mengakui likuiditas perbankan memang cenderung menurun lantaran bank gencar menyalurkan kredit. Toh, likuiditas yang ada saat ini masih cukup untuk operasional dan transaksi sehari-hari.


"Minggu lalu ada dana sebesar Rp 29 triliun yang keluar dari perbankan dan kami masih menyelidiki kesektor mana dana tersebut lari. Kami tetap yakin likuiditas perbankan akan naik pada semester dua ini sesuai dengan ekspansi permintaan kredit," katanya, kemarin.

Tanda-tanda pengetatan likuiditas memang sudah terjadi sejak kuartal III-2012. Pertumbuhan DPK perbankan terus melambat dari 19,45% secara tahunan menjadi 15,15%.  Selain itu, untuk pertama kalinya, DPK baru 2012 lebih rendah ketimbang tahun sebelumnya. Akhir 2012, DPK baru mencapai Rp 440,29 triliun sedangkan DPK baru 2011 sebesar Rp 482,86 triliun.

Pada pekan ketiga Juli ini, rasio intermediasi atau loan to deposit ratio (LDR) perbankan sudah berada pada level 95%. Sementara kredit sudah tumbuh 21,8%.

Direktur Utama Bank BNI, Gatot Mudiantoro Suwondo mengatakan, likuiditas di pasar masih cukup memadai. Per Juni 2013, BNI telah mengumpulkan DPK sebesar Rp 263,82 triliun atau tumbuh 8,7% dari periode sama 2012. Sumber dana bank bisa berasal dari surat utang atau menghimpun dana masyarakat. "Kami memiliki obligasi Rp 1,1 triliun yang akan jatuh tempo tahun ini dan bisa digunakan sebagai sumber likuiditas," katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Roy Franedya