Likuiditas Masih Tinggi, Lelang Surat Utang Negara (SUN) pada Selasa (31/1) Ramai



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Lelang Surat Utang Negara (SUN) pada Selasa 31 Januari 2023 terpantau ramai. Jumlah penawaran masuk lelang SUN kali ini naik dibanding lelang dua pekan lalu.

Berdasarkan keterangan resmi Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan, total penawaran yang masuk pada lelang SUN tanggal 31 Januari 2023 mencapai Rp 67,08 triliun. Angka itu lebih tinggi dibandingkan jumlah penawaran masuk pada hasil lelang SUN sebelumnya yang senilai Rp 59,05 triliun.

Sementara, nominal yang dimenangkan pada lelang SUN kali ini jumlahnya sama dengan hasil penyerapan di lelang SUN dua pekan lalu. Pemerintah menyerap sebanyak Rp 23 triliun.


Baca Juga: Penawaran Masuk Rp 67,8 T, Pemerintah Serap Rp 23 Triliun Pada Lelang SUN (31/1)

Senior Vice President Head of Retail Product Research & Distribution Division Henan Putihrai Asset Management Reza Fahmi menilai tingginya permintaan obligasi pemerintah pada lelang kali ini dipengaruhi oleh masih tingginya likuiditas perbankan yang diperkirakan naik menjadi Rp 185 triliun. Di lelang sebelumnya likuiditas perbankan hanya Rp 107 triliun.

Selain itu, seri obligasi yang ditawarkan juga lebih banyak dan mencakup semua tenor benchmark, ditambah seri Sustainable Development Goals (SDGs). Obligasi dengan jumlah permintaan tertinggi masih pada obligasi benchmark bertenor 10 tahun dan benchmark bertenor 5 tahun.

"Hal ini menandakan tingkat risiko investor masih medium, tentunya mengingat The Fed pada FOMC masih akan menaikkan tingkat suku bunganya di awal Februari, ucap Reza kepada Kontan.co.id, Selasa (31/1).

Terkhusus seri FRSDG001, minat investor cukup tinggi yakni sebesar 6,17 triliun penawaran yang masuk. Ini lebih tinggi dari perkiraan Henan Putihrai sebelumnya diangka Rp 5 triliun.

Baca Juga: Seri SDGs Bond Akan Menarik Investor dalam Lelang SUN Hari Ini (31/1)

Reza bilang, hal ini menandakan tingginya minat investor untuk berpartisipasi dalam program Sustainable Developmnet Goals. Kelebihan dari SDG ini tentunya dari tujuan penerbitan obligasi tersebut, walaupun dari rata-rata sisi imbal hasil yang dimenangkan masih berada level yang wajar untuk tenor 7 tahun dengan yield rata-rata 6,55%.    

Sementara, lanjut Reza, imbal hasil (yield) yang dimenangkan masih berada pada level pasar, mengingat beberapa minggu terakhir dipasar sekunder masih terjadi aksi ambil untung (profit taking).

Sebagai gambaran, FR0095 sebagai seri paling banyak diburu investor memiliki tingkat yield yang dimenangkan rata-rata sebesar 6,35% pada lelang kali ini. Di lelang SUN dua pekan sebelumnya, yield rata-rata yang dimenangkan FR0095 di kisaran 6,47%.

Menurut Reza, kondisi pasar obligasi secara umum masih menarik. Pertumbuhan ekonomi Indonesia diperkirakan berada pada level 4,9%- 5,3%, dan inflasi yang diperkirakan 3,5%-4,5% lebih rendah dari tahun 2022.

Dari sisi tingkat imbal hasil SUN 10 tahun pada saat ini 6,6% – 6,7% masih lebih atraktif dibandingkan negara-negara regional. Namun faktor risiko dari eksternal seperti kenaikan The Fed Rate akan menjadi sentimen negatif sementara.

Direktur Panin Asset Management (Panin AM) Rudiyanto memproyeksikan yield SUN diperkirakan akan turun ke level 6,25% - 6,5% hingga akhir tahun ini. Hal tersebut seiring dengan tingkat inflasi yang semakin menurun.

"Yield memang agak menurun dari awal tahun karena berita inflasi yang terkendali," imbuh Rudiyanto kepada Kontan.co.id, Selasa (31/1).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Herlina Kartika Dewi