KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank-bank bermodal mini yang ada di jajaran KBMI 1 dan 2 masih dibayangi perlambatan sumber dana pihak ketiga (DPK) pada Kuartal III-2024. Bedasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), secara umum bank KBMI 1 mengalami penurunan DPK sebesar 3,07% secara tahunan (year on year/yoy) menjadi Rp 955,07 triliun per Agustus 2024, dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 985,35 triliun. Masih pada periode yang sama, di sisi lain DPK bank KBMI 2 mampu tumbuh sebesar 14,7% yoy menjadi Rp 1.056,86 triliun per Agustus 2024, dibandingkan periode tahun lalu sebesar Rp 921,385 triliun.
Sementara itu sejumlah bank di bermodal mini terlihat mencatatkan pertumbuhan mini pada segmen DPK per September 2024. Ambil contoh PT BPD Bank Jawa Timur Tbk (Bank Jatim) yang mencatatkan pertumbuhan DPK sebesar 3,93% yoy pada kuartal III-2024.
Baca Juga: Moncer, Laba BSI Melesat 21,59% YoY hingga September 2024 Di tengah ketatnya persaingan menjaring sumber DPK di perbankan, Bank Jatim masih mampu mempertahankan pertumbuhan simpanannya relatif stabil. Busrul Iman, Direktur Utama Bank Jatim menyatakan, dalam menjaga pertumbuhan DPK secara tahunan, beberapa hal yang dilakukan Bank Jatim adalah memberikan program reward, hadiah langsung dan beberapa diskon merchant yang telah bekerja sama dengan Bank Jatim. "Selain upaya tersebut, kami meningkatkan kualitas layanan pada Bank Jatim baik layanan e-banking maupun layanan over the counter/ melalui Agen Jatim terutama di wilayah pelosok," ungkap Busrul kepada Kontan, Selasa (29/10). Menuju sisa akhir tahun 2024, Bank Jatim menganalisis pertumbuhan DPK dan kondisi likuiditas masih akan tetap terjaga. Hal ini terlihat dari pertumbuhan segmen Tabungan yang menjadi penyumbang pertumbuhan terbesar mencapai 17,09% yoy pada Kuartal III-2024. Hal ini turut meningkatkan porsi dana murah (CASA) dari 55,07% menjadi 56,90% pada kuartal III-2024. Busrul juga menyatakan, dengan penurunan BI rate di September 2024 dan penguatan rupiah dari periode kuartal II dan III 2024, serta prediksi bahwa pemotongan suku bunga The Fed akan melemahkan indeks dolar AS, memberikan angin segar bagi mata uang rupiah. Menurutnya, dengan nilai tukar yang lebih kuat, daya beli rupiah juga meningkat, sehingga masyarakat mungkin lebih terdorong untuk menyimpan dalam mata uang yang lebih stabil. "Selain itu, investor yang memiliki aset asing akan mengkonversi sebagian aset mereka ke dalam rupiah karena nilai tukar yang menguntungkan," ungkap Busrul. Di sisi lain, Direktur Kepatuhan Bank Oke Indonesia, Efdinal Alamsyah menyatakan DPK bank masih mengalami kenaikan, akan tetapi tidak signifikan, hanya tumbuh sekitar 2% yoy per September 2024.
Baca Juga: Pertumbuhan Dana Simpanan di Perbankan Melambat, Deposito Paling Tertekan Upaya yang dilakukan oleh Bank Oke untuk mendorong pertumbuhan DPK, antara lain dengan mengembangkan produk DPK dengan fitur yang lebih menarik, serta meningkatkan pelayanan nasabah melalui pengembangan fitur-fitur di digital platform. Bank Oke juga melakukan kampanye pemasaran untuk meningkatkan pengetahuan calon nasabah terhadap Bank Oke dan produk yang ditawarkan. "Pertumbuhan DPK sampai dengan akhir tahun sesuai RBB mengalami kenaikan sebesar lebih kurang 12% apabila dibandingkan dengan posisi akhir tahun 2023. Proyeksi likuiditas dan pertumbuhan DPK akan sangat bergantung pada kondisi ekonomi makro dan tingkat persaingan di market," ungkap Efdinal kepada Kontan. Efdinal menyebut jika kondisi ekonomi stabil secara umum pertumbuhan DPK dapat meningkat, namun, jika ada ketidakpastian ekonomi atau terjadi persaingan yang ketat, pertumbuhan DPK bisa terhambat. PT Bank KB Bukopin Tbk (KB Bank) masih mampu mencatat pertumbuhan DPK di angka dua digit. Corporate Relation Department Head KB Bank, Adi Pribadi merinci, pertumbuhan DPK KB Bank berada di kisaran 10% yoy pada Kuartal III-2024.
Baca Juga: Pertumbuhan Dana Simpanan di Perbankan Melambat, Deposito Paling Tertekan "Berdasarkan monitoring internal kami hingga kuartal III 2024, kami masih mencatat pertumbuhan DPK yang solid sekitar 10% didorong oleh pertumbuhan CASA lebih dari 20%," terang Adi kepada Kontan, Senin (28/10). Lebih lanjut Adi bilang, KB Bank telah melakukan pendekatan untuk mempertahankan kecukupan likuiditas dengan mendorong pertumbuhan melalui strategi cross-selling serta mengelola risiko melalui optimalisasi dan diversifikasi sumber-sumber pendanaan. "Hingga saat ini kami masih dalam proses penyusunan laporan kinerja keuangan periode kuartal III 2024, namun kami memproyeksikan dapat menjaga rasio CASA kami di atas 25% hingga akhir tahun 2024," ungkapnya. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Herlina Kartika Dewi