KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Transaksi pasar uang antarbank (PUAB) terlihat kian meriah. Hal ini seiring dengan likuiditas bank yang semakin mengetat. Berdasarkan data Bank Indonesia, volume rata-rata harian (RRH) transaksi PUAB Rupiah overnight meningkat Rp 1,02 triliun secara bulanan atau
month to month (mtm) menjadi Rp 10,67 triliun, dengan suku bunga IndOnia di level 6,07% per April 2024. Adapun, pada bulan sebelumnya, posisi PUAB mencapai Rp 9,65 triliun dengan suku bunga rata-rata di level 5,91%. "Perkembangan volume transaksi PUAB tersebut dipengaruhi oleh kondisi likuiditas yang relatif memadai dan kenaikan kebutuhan likuiditas bank menjelang lebaran," tulis laporan BI dikutip Kamis, (4/7).
Baca Juga: Transaksi Pasar Uang Antar Bank Semakin Semarak Sementara itu, pada periode yang sama, volume RRH transaksi PUAB valas
overnight mencapai USD 169 juta dengan suku bunga rata-rata berada di level 5,39%. Volume RRH PUAB valas naik dibanding posisi bulan sebelumnya sebesar US$ 16 juta dengan suku bunga 5,34%. LPS memproyeksikan, dengan tren penyaluran kredit yang tumbuh positif serta peningkatan aktivitas debitur maupun deposan bank potensial mendorong peningkatan volume aktivitas PUAB. Selain itu, suku bunga PUAB Rupiah berpotensi stabil sejalan dengan arah kebijakan BI-Rate serta strategi operasi moneter. Meski demikian pada saat yang sama, ruang kenaikan suku bunga PUAB valas relatif terbatas di tengah suku bunga kebijakan
offshore yang telah mencapai puncaknya. "BI akan terus berupaya menjaga level likuiditas dan suku bunga termasuk akses perbankan dalam hal terjadi peningkatan kebutuhan penyaluran kredit," katanya. Peningkatan pasar uang pun terlihat di sejumlah perbankan. Seperti PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Timur Tbk (BJTM) yang mencatat realisasi volume transaksi PUAB mencapai Rp 250 triliun sampai dengan Juni 2024 dengan rata-rata transaksi per bulannya mencapai Rp 40 triliun. Dengan suku bunga yang ditawarkan di pasar PUAB kurang lebih 6,10%, rate 1 week 6,55%. Direktur Keuangan, Treasury dan Global Services Bank Jatim Edi Masrianto mengatakan, transaksi pasar uang sudah kembali normal dengan likuiditas lebih ketat jika dibandingkan dengan beberapa bulan sebelumnya. "Rata-rata likuiditas harian juga di bawah Rp 100 triliun per hari," ujar Edi kepada kontan.co.id, Kamis (4/7). Edi memproyeksikan, pasar uang akan tetap ketat. Dalam hal ini BI sebagai regulator telah menjalankan strategi salah satunya dengan menunjuk bank untuk menjadi
primary dealer, salah satunya Bank Jatim. "Diharapkan PD bisa menjadi
lender of last resort bagi bank non PD sampai dengan sekarang, instrumen dengan
cost benefit terbaik masih di SRBI dengan tenor 6 bulan, 9 bulan & 12 bulan," katanya. Di samping itu, Bank Jatim terus mencari instrumen dengan
yield terbaik untuk optimalisasi
idle fund. Baca Juga: Suku Bunga BI Naik, Transaksi PUAB Perbankan Diperkirakan akan Semakin Semarak Corporate Secretary Bank BTN, Ramon Armando menjelaskan, kenaikan nilai tukar dolar AS membuat perbankan memilih untuk menggunakan instrumen operasi pasar seperti pada instrumen SRBI dan SVBI untuk keperluan stabilisasi nilai tukar. "Hal ini menurut kami berpotensi mempengaruhi likuiditas di pasar keuangan. Namun sejauh ini berdasarkan pengamatan kami volume transaksi pada pasar uang antar bank masih cukup stabil. Bank Indonesia juga sedang mendorong perbankan untuk aktif dalam transaksi GMRA (Repo dan Reverse Repo) sesuai dengan kondisi likuiditas perbankan," ungkapnya. Ramon menyebut, realisasi volume Pasar Uang Antar Bank secara tahunan atau yoy di BTN meningkat signifikan, sementara terjadi juga peningkatan transaksi GMRA (Repo dan Reverse repo) sesuai dengan kondisi market dan likuiditas Bank BTN. Walau demikian, Ramon tidak membeberkan lebih dalam berapa realisasi peningkatannya. Menurutnya, suku Bunga Pasar Uang Antar Bank saat ini masih sesuai dengan pergerakan suku bunga harian pada market, dan masih sesuai dengan Suku Bunga Acuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia.
Ia pun memperkirakan penempatan di instrumen Pasar Uang Antar Bank secara tahunan akan meningkat, diiringi dengan peningkatan transaksi GMRA (Repo dan Reverse Repo) dan akan disesuaikan dengan kondisi market dan kebutuhan likuiditas bank. Oleh karena itu, Bank BTN akan tetap memprioritaskan fungsi intermediasi sebagai strategi pertumbuhan sehingga transaksi antar bank merupakan strategi pemanfaatan likuiditas untuk mengoptimalkan pendapatan. Selain itu, kata Ramon, BTN akan terus menjaga likuiditas perbankan agar dapat memenuhi rasio-rasio likuiditas yang ditetapkan oleh regulator, sehingga tidak menggangu investasi Bank. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Herlina Kartika Dewi