Likuiditas Mulai Mengetat, Kepemilikan Perbankan di SBN Mulai Menyusut



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kepemilikan Surat Berharga Negara (SBN) oleh perbankan mulai menyusut. Hal ini sejalan dengan likuiditas bank yang sudah tak selonggar tahun lalu.

Likuiditas perlahan mulai mengetat, tercermin dari loan to deposit ratio atau rasio pinjaman terhadap simpanan (LDR) yang sudah naik. LDR meningkat karena penyaluran kredit tumbuh semakin baik, sedangkan dana pihak ketiga (DPK) tumbuh makin mini.

Kementerian Keuangan mencatat, penempatan dana perbankan di SBN sampai 28 November 2023 tercatat Rp 1.571,20 triliun, turun dari Rp 1.808,64 triliun di periode sama tahun 2022. Secara persentase, porsinya juga turun menjadi 28,15% dari 35,02% pada periode yang sama di tahun lalu.


Direktur Treasury & Capital Market CIMB Niaga John Simon berpendapat, menurunnya kepemilikan perbankan pada SBN memang dipicu oleh LDR yang meningkat.

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) melaporkan, LDR perbankan pada Oktober 2023 meningkat menjadi 83,92% dari yang sebelumnya sebesar 78,78% per Desember 2022.

Baca Juga: Suku Bunga Diprediksi Turun, Bagaimana Prospek Obligasi Korporasi di 2024?

Berdasarkan laporan bulanannya, kepemilikan CIMB Niaga di surat berharga, termasuk SBN, tercatat Rp 62,19 triliun pada Oktober 2023, menurun dari bulan yang sama tahun lalu sebesar Rp 67,76 triliun.

CIMB Niaga membukukan LDR sebesar 86,4% per 30 September 2023, meningkat dari yang sebelumnya 85,6% per 31 Desember 2022. Sementara itu, penyaluran kredit/pembiayaan tumbuh 5,2% YoY menjadi Rp 205,6 triliun.

John memperkirakan, pertumbuhan pinjaman akan tetap lebih tinggi di masa depan. Oleh karena itu, kepemilikan SBN menurutnya hanya akan cenderung stabil, atau tidak akan naik signifikan.

“Untuk CIMB Niaga, kami memperkirakan holding kami akan stabil, kurang lebih sama dengan level sekarang. Kita akan atur supaya balance, tetapi penyaluran kredit pasti akan selalu kita jaga,” kata John kepada Kontan.co.id, Jum’at (1/12).

Penempatan Bank Mandiri pada instrumen surat berharga termasuk SBN, juga menurun. Tercatat nilainya mencapai Rp 224 triliun per Oktober 2023, menurun 13,85% YoY dari posisi yang sama pada tahun lalu sebesar Rp 260,2 triliun.

VP Corporate Communications Bank Mandiri Ricky Andriano menuturkan, posisi LDR Bank Mandiri naik ke 87,33% per Oktober 2023 dari posisi Oktober 2022 sebesar 80,04%. Ricky menyebut, pertumbuhan tersebut mengindikasikan masih kuatnya perseroan dalam upaya mendorong pertumbuhan ekonomi.

“Menurut kami, hal ini mengindikasikan peran intermediasi keuangan Bank Mandiri semakin baik. Tentunya, Bank Mandiri terus berkomitmen untuk selalu mengedepankan penyaluran kredit,” kata Ricky.

Ricky menambahkan, kredit Bank Mandiri secara bank only tumbuh 13,74% menjadi Rp 1.031,4 triliun hingga Oktober 2023. Pertumbuhan tersebut lebih tinggi dari pertumbuhan kredit industri perbankan yang dicatat oleh Bank Indonesia yang sebesar 8,99% YoY pada Oktober 2023.

Baca Juga: Likuiditas Mulai Seret, Bank Meracik Strategi Berebut Dana Nasabah

Sementara itu, Bank BCA mencatat total dana yang ditempatkan pada surat berharga sebesar Rp 311,77 triliun pada Oktober 2023. Nilainya meningkat dibandingkan dari bulan yang sama tahun lalu sebesar Rp 239,54 triliun. Adapun per September 2023, nilainya sebesar Rp 310,4 triliun secara konsolidasian.

EVP Corporate Communication and Social Responsibility BCA Hera F. Haryn mengungkap, penempatan dana di surat berharga ini juga dilakukan untuk menjaga keseimbangan antara kecukupan likuiditas dengan ekspansi kredit yang sehat.

“Perseroan mencermati bahwa penempatan dana pada instrumen surat berharga sebagai bagian dari strategi pengelolaan likuiditas perusahaan serta mendukung perekonomian nasional di tengah tantangan terkini,” ungkap Hera.

Sementara itu, LDR BCA sedikit naik menjadi 67,4% per September 2023 dari periode yang sama tahun lalu di level 63,3%, sedangkan pertumbuhan total kredit mencapai 12,3% YoY atau 7,7% YTD menjadi Rp 766,1 triliun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Khomarul Hidayat