Likuiditas pasar obligasi berlimpah, reksadana pendapatan tetap ikut ketiban untung



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Reksadana pendapatan tetap saat ini dinilai tengah diselimuti sentimen positif. Secara prospek, reksadana yang satu ini diperkirakan masih akan memiliki prospek yang menarik ke depannya.

Head of Fixed Income Trimegah Asset Management Darma Yudha mengungkapkan, bila sebelumnya pasar obligasi diselimuti oleh sentimen tapering yang akan dilakukan The Fed, kondisi tersebut sudah mereda belakangan ini. Menurut dia, investor sudah siap menerima kebijakan tersebut di masa yang akan datang, sehingga harganya mulai priced-in.

“Ini bisa tercermin dari terjadinya rally pada market belakangan ini, permintaan terhadap obligasi negara terus tinggi. Alhasil, reksadana pendapatan tetap pun jadi punya prospek yang potensial ke depannya,” kata Yudha kepada Kontan.co.id, Jumat (6/8).


Apalagi, saat ini likuiditas dalam negeri sangat berlimpah dan membuat kelompok investor seperti perbankan masuk ke obligasi negara. Hal ini dinilai akan menjadi katalis positif untuk pasar obligasi negara, yang berarti jadi katalis positif juga untuk reksadana pendapatan tetap yang menjadikan obligasi negara sebagai underlying asset atau aset dasar.

Baca Juga: Investasi reksadana lewat marketplace, murah tapi terbatas

Yudha menambahkan, partisipasi investor ritel di reksadana juga terus mencatatkan peningkatan. Hal ini sejalan dengan suku bunga deposito yang masih rendah. Akhirnya, banyak investor yang mengalihkan portofolionya ke reksadana, termasuk reksadana pendapatan tetap. Hal tersebut turut menjadi katalis positif untuk kinerja reksadana pendapatan tetap.

Lebih lanjut, dia melihat saat ini juga semakin banyak emiten yang mencari pendanaan lewat pasar modal dengan menerbitkan obligasi korporasi untuk memanfaatkan momentum suku bunga rendah. Pada akhirnya, ini membuat suplai obligasi untuk underlying asset juga semakin beragam dan bisa membuat kinerja reksadana pendapatan tetap bisa lebih optimal. 

Baca Juga: Reksadana Saham Pencetak Untung Berbasis Saham Second Liner

Dengan kondisi saat ini, Yudha mengaku bahwa dari strategi pengelolaan Trimegah Asset Management lebih overweight ke obligasi negara. Menurut dia, likuiditas obligasi negara jauh lebih baik dibanding obligasi korporasi, begitupun dari sisi pergerakan harganya.

“Akan tetapi, kami juga tetap mengombinasikan dengan obligasi korporasi yang dari segi bisnis sektornya minim terdampak pandemi agar bisa mengoptimalkan imbal hasil yang bisa diperoleh,” imbuh Yudha.

Pada tahun ini, ia memperkirakan imbal hasil reksadana pendapatan tetap secara rata-rata bisa berkisar 5,5%-7% net. Angka tersebut dinilai sudah sangat baik mengingat imbal hasil deposito yang berkisar 2,5%-3%.

Selanjutnya: Reksadana saham racikan Trimegah AM berhasil unggul hingga akhir Juli

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati