JAKARTA. Kondisi likuiditas perbankan di kuartal I 2015 lebih longgar dibanding periode yang sama pada tahun lalu. Ini tercermin dari tingkat Loan to Deposit Ratio (LDR) industri perbankan yang semakin turun. Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) per Maret 2015, tingkat LDR Bank Umum menurun dari 91,17% di bulan Maret 2014 menjadi 87,58%. Penurunan LDR ini disebabkan pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) yang lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan kredit industri perbankan. DPK yang dihimpun Bank Umum tumbuh dari Rp 3.476,77 triliun di bulan Maret 2014 menjadi Rp 4.033,54 triliun di bulan Maret 2015 atau tumbuh 16,01% secara year on year. Disisi lain, kredit yang disalurkan Bank Umum meningkat dari Rp 3.169,64 triliun di bulan Maret 2014 menjadi Rp 3.532,73 triliun di bulan Maret 2015 atau tumbuh hanya 11,45% yoy. Mulai longgarnya likuiditas industri perbankan diakui oleh Josua Pardede, pengamat perbankan. "Kondisi ini tak lepas dari ekonomi yang melambat. Ini membuat sebagian pelaku usaha yang semula mengalokasikan dananya untuk usaha mengalihkan dananya dalam bentuk deposito yang merupakan sarana investasi yang paling konservatif," kata Josua saat dihubungi KONTAN, Senin (18/5). Selain itu, tekanan inflasi juga masih terus terjadi. Ini membuat daya beli masyarakat agak melemah. Sehingga sebagian masyarakat agak mengerem kegiatan konsumsinya. "Dana yang semula untuk konsumsi kehidupan sehari-hari sebagian mulai ditabung. Inilah yang membuat pertumbuhan DPK perbankan kita lebih tinggi dibanding kreditnya," pungkas Josua. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Likuiditas perbankan kuartal I 2015 mulai longgar
JAKARTA. Kondisi likuiditas perbankan di kuartal I 2015 lebih longgar dibanding periode yang sama pada tahun lalu. Ini tercermin dari tingkat Loan to Deposit Ratio (LDR) industri perbankan yang semakin turun. Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) per Maret 2015, tingkat LDR Bank Umum menurun dari 91,17% di bulan Maret 2014 menjadi 87,58%. Penurunan LDR ini disebabkan pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) yang lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan kredit industri perbankan. DPK yang dihimpun Bank Umum tumbuh dari Rp 3.476,77 triliun di bulan Maret 2014 menjadi Rp 4.033,54 triliun di bulan Maret 2015 atau tumbuh 16,01% secara year on year. Disisi lain, kredit yang disalurkan Bank Umum meningkat dari Rp 3.169,64 triliun di bulan Maret 2014 menjadi Rp 3.532,73 triliun di bulan Maret 2015 atau tumbuh hanya 11,45% yoy. Mulai longgarnya likuiditas industri perbankan diakui oleh Josua Pardede, pengamat perbankan. "Kondisi ini tak lepas dari ekonomi yang melambat. Ini membuat sebagian pelaku usaha yang semula mengalokasikan dananya untuk usaha mengalihkan dananya dalam bentuk deposito yang merupakan sarana investasi yang paling konservatif," kata Josua saat dihubungi KONTAN, Senin (18/5). Selain itu, tekanan inflasi juga masih terus terjadi. Ini membuat daya beli masyarakat agak melemah. Sehingga sebagian masyarakat agak mengerem kegiatan konsumsinya. "Dana yang semula untuk konsumsi kehidupan sehari-hari sebagian mulai ditabung. Inilah yang membuat pertumbuhan DPK perbankan kita lebih tinggi dibanding kreditnya," pungkas Josua. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News