KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kondisi likuiditas perbankan yang ketat terlihat tak kunjung membaik. Indikator likuiditas yang tampak dalam Loan to Deposit Ratio (LDR) perbankan pun tercatat semakin naik atau mengetat. Data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat rasio LDR perbankan per Februari 2024 telah mencapai level 84,05%. Secara tren, rasio LDR ini konsisten naik secara perlaha dari bulan ke bulan, dari Desember 2023 di level 83,83% dan di Januari 2024 di level 83,87%. Kondisi serupa terjadi di PT Bank Central Asia Tbk (BCA), yang bisa dibilang sebagai salah satu bank besar di tanah air. BCA mencatat LDR di level 71,2% per Maret 2024. Angka ini juga lebih tinggi jika dibandingkan kuartal sebelumnya yang di level 70,2% atau bahkan di periode sama tahun lalu yang berada di level 65.6%.
Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja mengungkapkan meski tren LDR meningkat, ia melihat posisi tersebut masih dalam batas wajar. Ia menyoroti ada beberapa bank yang bahkan memiliki LDR di atas 80%.
Baca Juga: Saham Perbankan Masih Menjanjikan, Tunggu Isyarat Suku Bunga AS Dipangkas “Ketersediaan likuiditas saat ini memang harus benar-benar jeli untuk dimanfaatkan,” ujar Jahja. Dalam hal ini, ia bilang pertumbuhan kredit di BCA selama tiga bulan pertama tahun ini tampak tidak biasa. Secara historis, Jahja menyebutkan bahwa biasanya kredit pada periode ini trennya selalu negatif dibandingkan kuartal sebelumnya. Sebagai informasi, para periode Januari hingga Maret 2024, BCA telah menyalurkan kredit senilai Rp 835,7 triliun. Jika dibandingkan dengan kuartal sebelumnya, ada kenaikan sekitar 3,1% dari sebelumnya Rp 810,4 triliun. "Biasanya di kuartal I, kredit itu selalu negatif,
pattern-nya begitu, kecuali saat
booming komoditas itu kenceng terus. Tetapi kalau normal circle negatif dan kami tahun ini bisa naik berarti ini ada permintaan kredit yang positif," ujar Jahja. Namun, Jahja bilang pihaknya selalu melihat kondisi likuiditas yang dimiliki. Kalaupun dirasa likuiditas diperlukan, maka tak menutup kemungkinan pihaknya menaikkan bunga simpanan deposito agar semakin menarik. Namun, ia melihat saat ini belum diperlukan. “Fleksibilitas itu tergantung situasi tiap bank masing-masing,” tambahnya. Sementara itu, Direktur Distribution and Institutional Funding PT Bank Tabungan Negara Tbk (BTN) Jasmin bilang pihaknya selalu menyeimbangkan antara pertumbuhan kredit dengan pertumbuhan dana. Rasio LDR milik BTN saat ini berada di kisaran 93% dan 94%. Menurutnya, likuiditas tersebut masih cukup untuk menopang ekspansi kredit. Meskipun, tak menutup kemungkinan dengan kondisi saat ini likuiditas perbankan bisa kembali semakin mengetat. Jasmin mencontohkan kondisi seperti siituasi geopolitik yang semakin tidak stabil dan semakin lama. Ditambah, suku bunga The Fed yang belum bisa dipastikan kapan akhirnya dipangkas. “Kalau suku bunga semakin cepat turun juga semakin bagus untuk likuiditas,” ujar Jasmin. Selain itu, ia melihat perlu adanya kebijakan makro dari Bank Indonesia untuk membantu likuiditas perbankan. Contohnya, kewajiban GWM yang turun dan juga insentif makro prudensial yang makin menarik untuk melonggarkan likuiditas.
Baca Juga: Bank Mandiri Pastikan Likuiditas Tetap Terjaga di Tengah Fluktuasi Nilai Tukar Presiden Direktur PT Bank CIMB Niaga Tbk Lani Darmawan pun menambahkan untuk mengatasi masalah likuiditas ini, ia lebih memilih untuk fokus pada komposisi dana murah. Terlebih, di kala masalah cost of fund tetap menjadi tantangan. Ia bilang dengan kontribusi dana murah yang tumbuh positif hingga 9% di periode tiga bulan pertama tahun ini, mampu melonggarkan rasio LDR yang dimiliki. Saat ini, LDR yang dimilik CIMB Niaga ada di kisaran 84% hingga 85%. “Yang menjadi tantangan untuk perbankan adalah biaya dana yang masih tinggi. Walaupun rate loan atau financing juga harus dinaikkan,” tandasnya. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Herlina Kartika Dewi