Likuiditas perbankan tahun ini masih ketat



JAKARTA. Seperti tahun lalu, likuiditas perbankan nasional tahun ini diprediksi masih seret. Kesimpulan tersebut diakui oleh sejumlah bankir. Salah satu indikasi seretnya likuiditas tecermin dari proyeksi perbankan terhadap pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK).

Direktur Utama Bank Bukopin, Glen Glenardi, mengatakan, pihaknya memasang target DPK konservatif pada tahun ini, antara 15%-20%. Di tahun ini, menurut dia, sulit untuk mencapai pertumbuhan DPK lebih tinggi dari tahun sebelumnya karena situasi pasar cukup ketat.

Manajemen Bank Danamon juga mengakui ketatnya memperebutkan DPK, terutama di awal tahun. "Pertumbuhan DPK di kuartal pertama biasanya flat cenderung menurun," kata vera Eve Lim, Direktur Keuangan Bank Danamon.


Lani Darmawan, Direktur Ritel Bank Internasional Indonesia (BII), berpendapat sama. Tren pertumbuhan DPK di awal tahun agak lamban. "Itu karena bisnis belum kembali normal dan retail customer belum beraktivitas lagi," ujar Lani. Dus, awal tahun bukan merupakan pertumbuhan DPK tertinggi.

Dia berharap, pasar kembali normal pada pertengahan Februari. BII membidik DPK pada dana murah dan menyiapkan program-program tabungan, termasuk giro bisnis.

Deputi Gubernur Bank Indonesia, Halim Alamsyah, tidak menyangkal likuiditas pada tahun ini bakal tak jauh berbeda dengan tahun lalu. "Bank tetap harus berhati-hati," ungkap dia kepada KONTAN, kemarin.

Halim mengakui, ada beberapa bank yang sempat mengalami masalah likuiditas. Namun dia menegaskan, secara umum likuiditas perbankan nasional saat ini masih aman.

Sebelumnya, bank sentral telah menelurkan kebijakan mengenai ketentuan Giro Wajib Minimum (GWM) primer sebesar 8% dari total DPK dan GWM sekunder sebesar 4% dari total DPK. "Kebijakan ini bertujuan agar setiap bank punya bantalan likuiditas yang cukup," ujar Halim.

Pada tahun lalu, pertumbuhan DPK memang melambat. Per akhir November 2013, DPK perbankan hanya tumbuh 12,3%. Angka ini lebih rendah dibandingkan posisi Oktober 2013 yang tumbuh sebesar 13,0%.

Berdasarkan data BI, total simpanan perbankan per akhir November 2013 mencapai Rp 3.464,3 triliun atau tumbuh 12,3% dibandingkan November 2012. Dari simpanan tersebut, deposito hanya mencatat pertumbuhan 10% atau senilai Rp 1.507,4 triliun, adapun tabungan tumbuh 12,3% menjadi Rp 1.147,2 triliun dan giro naik 16,7% menjadi Rp 890,7 triliun.

Peter Jacob, Direktur Departemen Komunikasi BI, mengatakan peningkatan suku bunga simpanan berjangka masih terus terjadi sebagai respons atas kebijakan moneter BI. Pada November tahun lalu, rata-rata suku bunga simpanan berjangka tiga bulan sebesar 7,3% dan simpanan berjangkan enam bulan sebesar 7,1%.  "Meskipun suku bunga simpanan naik, penghimpunan dana masyarakat tetap melambat karena pelemahan ekonomi nasional," kata dia, kemarin.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Sandy Baskoro