Likuiditas perekonomian (M2) meningkat 12,4% yoy pada Desember 2020



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Likuiditas perekonomian atau uang beredar dalam arti luas (M2) meningkat pada Desember 2020. Bank Indonesia (BI) mencatat, posisi M2 pada bulan laporan sebesar Rp 6.900 triliun atau naik 12,4% yoy, lebih tinggi dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar 12,2% yoy.

“Peningkatan M2 pada bulan Desember 2020 didorong oleh komponen uang beredar dalam arti sempit (M1),” ujar Direktur Eksekutif, Kepala Departemen Komunikasi BI Erwin Haryono dalam laporan yang diterima Kontan.co.id, Jumat (22/1) .

M1 pada bulan laporan tercatat sebesar Rp 1.855,6 triliun atau meningkat 18,5% yoy. Pertumbuhannya lebih besar daripada pertumbuhan pada bulan November 2020 yang sebesar 15,8% yoy. Hal tersebut sejalan dengan peningkatan peredaran uang kartal di masyarakat dan giro rupiah.


Uang kartal di masyarakat (di luar perbankan dan BI) tercatat sebesar Rp 760,0 triliun atau tubuh 16,1% yoy, lebih tinggi dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar 14,5% yoy.

“Peningkatan peredaran kartal seiring dengan peningkatan kebutuhan uang tunai saat libur panjang Natal dan Tahun Baru 2021,” tambah Erwin.

Baca Juga: BI: Pertumbuhan ekonomi 2020 bisa lebih rendah dari perkiraan

Pun dengan giro rupiah mengalami peningkatan. Giro rupiah tercatat sebesar RP 1.095,6 triliun atau tumbuh 20,3% yoy, meningkat dari pertumbuhan pada bulan November 2020 yang sebesar 16.7% yoy seiring dengan tingginya transaksi pada akhir tahun.

Sementara itu, dana float (saldo) uang elektronik yang diterbitkan bank kembali mengalami penurunan, yaitu tercatat minus 8,2% yoy atau lebih dalam dari penurunan pada bulan November 2020 yang sebesar minus 6,5% yoy. Dana float pada Desember 2020 tercatat Rp 2,5 triliun, dengan pangsa 0,14% terhadap M1.

Komponen lain M2 yaitu uang kuasi yang memiliki pangsa 72,8% terhadap likuiditas perekonomian tercatat sebesar Rp 5.021,2 triliun dengan pertumbuhan 10,5% yoy.

Sayangnya, pertumbuhannya lebih rendah dari November 2020 yang sebesar 11,1% yoy. “Perlambatan pertumbuhan uang kuasi disebabkan oleh perlambatan tabungan dan giro valas,” kata Erwin.

Lalu, komponen lain seperti surat berharga selain saham tercatat Rp 23,2 triliun atau tumbuh minus 10,6% yoy, melanjutkan tren pertumbuhan minus 5,8% yoy pada November 2020. Ini seiring dengan penurunan surat berharga yang dimiliki korporasi non keuangan dalam rupiah.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto