Likuiditas rupiah jangka pendek melimpah di bank



JAKARTA. Tren penurunan suku bunga pasar uang antar bank (PUAB) masih berlanjut. Saat ini bunga PUAB sudah mendekati koridor batas bawah operasi terbuka (OPT) Bank Indonesia (BI).

Pada pertengahan Januari 2011 BI telah menerapkan batas bawah OPT sebesar 200 basis point (bps) alias 2% di bawah BI rate yang berada di level 5,75%.

Berdasarkan Tinjauan Kebijakan Moneter (TKM) yang dilansir BI, sejak penerapan batas bawah kebijakan moneter pada 18 Januari 2011, akhir Januari rerata suku bunga PUAB berada di level 4,37% atau turun 18 bps dibandingkan Desember 2011. Pada 17 Februari 2012 rerata bunga PUAB berada di level 3,76%.


BI mencatat, persepsi risiko di PUAB pada Januari lalu stabil dari bulan sebelumnya. Hal itu tecermin pada rerata selisih suku bunga PUAB tertinggi dan terendah yang relatif sama dibandingkan bulan sebelumnya, yakni sebesar 3 bps. "Persepsi risiko yang rendah juga mengindikasikan kondisi PUAB cukup resilient terhadap gejolak eksternal," ujar BI, dalam tulisannya.

Namun, peningkatan volume transaksi tidak mengikuti penurunan suku bunga PUAB. Pada Januari lalu, volume PUAB menurun karena rendahnya permintaan. Pada Januari 2011 volume PUAB mencapai Rp 5,56 triliun atau turun 54,5% dibanding Januari 2010 sebesar Rp 12,22 triliun.

Pengamat Ekonomi Universitas Gajah Mada, Tony A Prasentiantono mengatakan, suku bunga PUAB yang mendekati batas bawah operasi moneter BI menunjukkan perbankan memiliki kelebihan likuiditas jangka pendek dalam jumlah besar. "Ekses ini membuat ruang perbankan mendapatkan sumber dana murah juga besar. Kalau digunakan maksimal bisa berpengaruh pada penurunan bunga kredit," ujarnya, pekan lalu.

Tony menduga, menurunnya volume transaksi PUAB awal tahun karena perbankan masih mampu memenuhi likuiditas harian dari likuiditas yang dimiliki. "Bila kurang baru mencari pinjaman lewat PUAB," kata Tony.

Kepala Ekonom Bank Danamon, Anton Gunawan mengatakan, likuiditas rupiah jangka pendek memang sedang banjir. Tetapi di PUAB masih terjadi segmentasi, bank hanya mau meminjamkan dana pada kelompoknya "Hal ini muncul karena bank masih trauma dengan kejadian tahun 1997-1998. Ini masalah persepsi dan kenyamanan bank dalam meminjamkan dana ke bank lain," ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: