Likuiditas seret, peringkat BTEL terancam turun



JAKARTA. Perkongsian PT Bakrie Telecom Tbk dengan PT Sampoerna Telekomunikasi Indonesia (STI), yang telah dirintis sejak Maret 2012, disangsikan bisa membawa dampak positif bagi kinerja Bakrie Telecom. Kondisi likuiditas emiten Grup Bakrie itu masih saja seret.

Fitch Ratings, lembaga pemeringkat global, menilai, kemampuan likuiditas Bakrie Telecom saat ini telah berada pada tahap Rating Watch Negative (RWN). Tahap ini berarti, dalam tiga bulan ke depan peluang penurunan peringkat Bakrie Telecom cukup besar, sekitar 50%.

Status RWN mencerminkan, perusahaan yang dipimpin oleh putra sulung politisi Aburizal Bakrie, Anindya Bakrie itu tidak memiliki likuiditas yang cukup untuk memenuhi kewajiban pelunasan obligasi senilai Rp 650 miliar. Obligasi tersebut akan jatuh tempo pada 4 September 2012.


Per akhir Maret 2012, posisi kas dan setara kas Bakrie Telecom tercatat cuma sebesar Rp 215,29 miliar. "Ikatan usaha dengan Sampoerna Telekom, termasuk akuisisi 35% saham STI, secara meterial tidak memperbaiki kemampuan finansial Bakrie Telecom," ujar Nitin Soni, analis Fitch RatingsSingapore dalam pernyataaan resmi, kemarin (18/7).

Nitin juga menilai, kerjasama emiten telekomunikasi itu dengan STI tidak mampu mengubah Bakrie Telecom sebagai perusahaan yang kompetitif di industri telekomunikasi.

Fitch juga mengganjar obligasi jangka panjang Bakrie Telecom senilai US$ 380 juta CCC dengan outlook negatif. Dalam keuangan perusahaan per Maret 2012, anak usaha Bakrie Telecom yakni Bakrie Telecom Pte Ltd menerbitkan wesel senior US$ 250 juta. Obligasi itu jatuh tempo pada tahun 2015. Pada 27 Januari 2011, Bakrie Telecom Pte Ltd kembali menerbitkan wesel senior US$ 130 juta.

Perkawinan Bakrie dan Sampoerna dilakukan melalui aksi private placement STI terhadap saham rights issue Bakrie Telecom. Bakrie Telecom merilis saham baru tanpa hak memesan efek terlebih dahulu (non-HMETD) sebanyak 10% atau senilai Rp 754 miliar.

Sebesar 35% dari dana itu untuk share swap dengan saham STI. Sehingga, STI memiliki 2,3% saham emiten berkode BTEL itu dan Bakrie Telecom mengantongi dana Rp 500 miliar. Namun, Bakrie Telecom baru memperoleh dana sebesar Rp 150 miliar.

KONTAN sudah mencoba mengonfirmasi hal ini kepada manajemen Bakrie Telecom. Namun, sampai berita ini ditulis, pesan singkat dan panggilan telepon KONTAN ke direksi Bakrie Telecom, tidak direspon.

Dalam kesempatan sebelumnya, Jastiro Abi, Wakil Direktur Utama Bakrie Telecom, optimistis, sisa dana Rp 350 miliar bisa diperoleh perseroan paling lambat Agustus 2012. Manajemen juga mengklaim telah mengantongi fasilitas pinjaman dari Credit Suisse sebesar Rp 500 miliar.Dus, kebutuhan likuiditas untuk melunasi utang obligasi pada September nanti, sudah aman.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Ruisa Khoiriyah