Likuiditas Valas Perbankan Makin Ketat



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Likuiditas valas perbankan pada tahun ini mengetat. Hal ini terlihat dari peningkatan rasio pinjaman terhadap simpanan atau loan to deposit (LDR) valas perbankan. 

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat, LDR Valas Bank Umum mencapai 87,79% pada Mei 2022, naik dari realisasi akhir 2021 sebesar 78,39%. LDR Valas Bank BUMN juga naik dari 83,10% pada 2021 menjadi 95,09% pada Mei 2022. 

Peningkatan rasio LDR sejalan dengan pertumbuhan kredit valas perbankan di tengah perlambatan Dana Pihak Ketiga (DPK) Valas. Dengan begitu, likuiditas valas perbankan dalam keadaan ketat. 


Baca Juga: Jaga Biaya Dana Saat Suku Bunga Naik, Berikut Strategi Tiga Bank BUMN Ini

Praktisi Perbankan BUMN Chandra Bagus Sulistyo menjelaskan, rasio LDR atau Rasio Intermediasi Makropudensial (RIM) secara ideal berada di kisaran 80%-92% sebagaimana yang diperkenankan oleh Bank Indonesia (BI). 

"Jika terlalu rendah, bank tidak efisien karena uang DPK menganggur dan tidak terlalu tinggi, atau melebihi batas," kata Chandra, Kamis (8/9). 

Namun jika likuditasnya ketat, maka alat likuid yang tersedia terlalu sedikit karena perbankan terlalu agresif menyalurkan kredit. Untuk itu, perbankan perlu menyiapkan alat likuid untuk berjaga - jaga jika DPK ditarik atau dana bank tidak mencukupi. 

Ia memperkirakan kenaikan LDR valas saat ini karena peningkatan transaksi korporasi dan pembayaran utang luar negeri. Meski demikian, perbankan sudah mengantisipasi dengan menyediakan pasokan valas yang memadai. 

Di tengah kondisi tersebut, perbankan telah menyiapkan berbagai strategi agar pasokan valas tetap tersedia. Pertama, meminta nasabah melakukan konversi utang valas ke rupiah dan cara ini dinilai efektif untuk menekan LDR Valas.  

Kedua, menambah pasokan dolar. Misalnya saja, beberapa bank termasuk BNI melakukan perjanjian swap atau transaksi pertukaran dua mata uang berbeda, pada nosional dan suku bunga yang telah disepakati selama periode tertentu. 

"Ketiga, cara konvensional dengan melakukan penyaluran kredit valas kepada sektor - sektor yang prospetif sehingga harapannya ada kontrol terhadap ketersediaan valas," jelasnya. 

Tak berbeda, LDR Valas Bank Mandiri sepanjang tahun 2022 mengalami peningkatan dibandingkan tahun sebelumnya. Sekretaris Perusahaan Bank Mandiri Rudi As Aturridha bilang kenaikan itu didorong pertumbuhan kredit. 

Baca Juga: Simak Racikan Portofolio Menarik Saat Bunga Acuan Naik

"Hal ini didorong oleh pertumbuhan kredit valas yang lebih tinggi 35,99% secara tahunan dan DPK valas tumbuh 7,37% secara tahunan pada Juli 2022," terang Rudy. 

Di tengah kondisi tersebut, bank pelat merah ini akan terus melakukan langkah strategis untuk menjaga LDR valas sampai akhir tahun. Di antaranya, dengan optimalisasi pengelolaan likuiditas dengan strategi pricing secara selektif dan terukur.

Kemudian melakukan kontrol dan monitoring atas pencairan kredit, terutama valas. Hal ini bertujuan agar pengelolaan aset dan liabilitas untuk mencapai tujuan finansial perseroan. 

"Selain itu, dapat mengontrol risiko likuiditas yang dihadapi, seiring dengan tren peningkatan suku bunga pasar dan kebutuhan ekspansi bisnis," jelas dia. 

Selain Mandiri, LDR Valas BCA juga naik. Tercatat LDR Valas BCA posisi 59,4% pada Juni 2022. Nilai itu lebih tinggi dari periode yang sama pada tahun sebelumnya yakni 52,9%. 

Executive Vice President Secretariat & Corporate Communication BCA, Hera F. Haryn menyebut, kenaikan tersebut dipengaruhi oleh pertumbuhan kredit valas yang mencapai 22,8% secara tahunan. 

"Pertumbuhan kredit valas ini utamanya ditopang oleh kenaikan permintaan kredit modal kerja pada sektor manufaktur dan perdagangan," terangnya. 

Ke depan, perusahaan akan terus mendukung pemulihan perekonomian nasional dari dampak pandemi. Salah satunya dengan menyalurkan kredit secara prudent, mengkaji berbagai peluang serta memperhatikan prinsip kehati-hatian. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Herlina Kartika Dewi