Likuiditas Valas Perbankan Melonggar, Ini Pendorongnya



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemangkasan suku bunga acuan oleh Bank Indonesia (BI Rate) dan penguatan rupiah tidak berdampak langsung pada likuiditas dalam valuta asing (Valas) di perbankan, meskipun penguatan rupiah terhadap mata uang dolar AS kemungkinan membuat simpanan dolar di perbankan akan lebih longgar karena harga beli dolar yang lebih murah dibandingkan saat rupiah melemah. 

Ketua Dewan Komisioner LPS Purbaya Yudhi Sadewa mengatakan, per Agustus 2024 dana pihak ketiga (DPK) Valas di perbankan masih dalam kondisi terjaga. 

"Adanya pemangkasan BI rate dan Fed Rate tidak terlalu mempengaruhi kondisi DPK Valas perbankan, nasabah yang punya dolar tetap menaruh dananya di bank, karena dengan bunga simpanan valas yang saat ini dianggap menarik, LPS juga menjamin simpanan valas," ungkap Purbaya kepada Kontan saat ditemui di Jakarta, Senin (30/9).


Baca Juga: LPS Pertahankan Tingkat Bunga Penjaminan Simpanan di 4,25% Usai Pemangkasan BI Rate

LPS melaporkan tingkat bunga penjaminan (TBP) simpanan valas terpantau naik 2 bps ke level 2,14% dibandingkan periode penetapan TBP bulan Mei 2024. Kondisi likuiditas valas, ekspektasi terhadap lanjutan pemangkasan suku bunga Fed Fund Rate diperkirakan akan mempengaruhi arah pergerakan SBP Valas ke depan.

Sementara itu sejumlah bank juga mengaku kondisi likuditas mereka diproyeksikan akan lebih longgar pasca pemangkasan BI Rate. PT BPD Jawa Timur Tbk (BJTM) misalnya, Direktur Keuangan,Treasury dan Global Services, Edi Masrianto mengatakan, dengan pemangkasan BI rate, suku bunga akan lebih rendah, sehingga biaya pinjaman dalam negeri menjadi lebih murah dan menarik bagi para pelaku ekonomi.

"Memang benar, penurunan suku bunga dalam rupiah juga bisa mempengaruhi minat pelaku ekonomi untuk memegang valas, karena imbal hasil dari aset berdenominasi valas bisa menjadi kurang kompetitif dibandingkan aset rupiah. Akan tetapi hal ini tidak terlalu berdampak pada likuiditas valas di Bank Jatim sendiri, karena terciptanya ekosistem bisnis valas  Bank Jatim yang sudah terbangun dan berdampak positif, dengan salah satunya adanya jconnect remittance," ungkap Edi kepada Kontan, Senin (30/9).

Edi merinci, kondisi likuiditas valas Bank Jatim per Agustus 2024 mengalami peningkatan signifikan secara month to month (mom), yakni menyentuh angka 382% dibanding dengan bulan sebelumnya, sedangkan bila dibandingkan dengan target Desember 2024, maka pencapaian DPK Valas Bulan Agustus ini 362% dari target Desember 2024.  

Adapun DPK Valas Bank Jatim memiliki porsi kurang dari 3% dari keseluruhan DPK Bank Jatim pada bulan Agustus 2024. Edi bilang meski porsinya kecil, namun ini merupakan salah satu komitmen Bank Jatim dalam mendukung kebijakan Pemerintah Indonesia di wilayah regional Jawa Timur untuk mengatur secara ketat penggunaan valas sebagai cara menjaga stabilitas ekonomi dan nilai tukar rupiah.

Lebih lanjut Edi mengatakan, kedepan dengan pemangkasan BI Rate, pihaknya akan terus berupaya dalam menjaga dan meningkatkan likuiditas valas hingga akhir tahun 2024, salah satu yang mendasar adalah dengan melakukan maintenance terhadap nasabah perorangan untuk ritel dan Lembaga. 

"Hal ini menjadi salah satu cara paling efektif hingga berdampak pada peningkatan DPK valas Bank Jatim, yang signifikan secara month to month. 

Yang kedua Bank Jatim secara keseluruhan mulai memberikan promo menarik untuk nasabah yang akan dan telah menyimpan DPK valas," terang Edi.

Baca Juga: Penyaluran Kredit Valas Perbankan Terdongkrak Pasca Penurunan Suku Bunga The Fed

Bank Jatim saat ini juga sedang menggalakkan kerja sama untuk membangun ekosistem dalam DPK valas, yaitu melakukan kerja sama terhadap perusahaan maupun Lembaga yang berhubungan dengan valas, seperti Biro Umroh, Penyedia jasa PMI, dan para perusahaan exim dan beberapa perguruan tinggi baik swasta maupun negeri dalam pembiayaan, pengelolaan keuangan, serta cash management. 

"Untuk porsi DPK Valas di Bank Jatim, selalu terjaga sesuai dengan target, yaitu kurang lebih 1-3% dari keseluruhan DPK Bank Jatim hingga akhir Desember 2024," ungkap Edi.

Senada, EVP Corporate Communication and Social Responsibility BCA, Hera F Haryn mengatakan, bank senantiasa menjaga keseimbangan antara kecukupan likuiditas dengan ekspansi kredit yang sehat, dengan tetap mempertimbangkan perkembangan kondisi pasar dan risiko.  

"BCA memproyeksikan likuiditas valas terjaga dalam posisi memadai, sejalan proyeksi pertumbuhan transaksi valuta asing, kondisi perekonomian domestik serta global, serta pergerakan nilai tukar rupiah," ungkap Hera kepada Kontan.

Adapun nilai DPK valas BCA per Juni 2024 mencapai Rp75 triliun atau sekitar 6,7% dari total DPK perseroan. BCA berkomitmen memenuhi kebutuhan transaksi valas sesuai kebutuhan nasabah dalam berbagai jenis mata uang.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Herlina Kartika Dewi