JAKARTA. Kesulitan likuiditas perbankan ternyata tidak hanya terjadi pada rupiah. Likuiditas yang seret juga terjadi pada valuta asing (valas). Berdasarkan data Bank Indonesia (BI), rencana pinjaman luar negeri perbankan saat ini mencapai US$ 5,373 miliar. "Tapi baru kita setujui sekitar US$ 1,359 miliar," tutur Direktur Direktorat Internasional Bank Indonesia (BI) Dian Ediana Rae.Pinjaman luar negeri yang disetujui tersebut terdiri dari bank BUMN sebesar US$ 480 juta dan bank swasta sebesar US$ 879 juta. Direktur Bisnis Umum BRI Sudaryanto Sudargo mengakui terjadi lonjakan pinjaman valas dalam negeri. "Tapi likuiditas valas juga sedang seret di dalam negeri," ujar Sudaryanto.Wakil Direktur Utama Bank Central Asia (BCA) Jahja Setiatmadja mengatakan, banyak perbankan yang membutuhkan valas untuk membayar kewajiban obligasi atau pinjaman internasional yang jatuh tempo pada akhir kuartal ketiga ini. "Jadi mereka memilih untuk menyimpan valas dan tidak meminjamkannya ke bank lain," ujar Jahja.
Likuiditas Valuta Asing Masih Seret
JAKARTA. Kesulitan likuiditas perbankan ternyata tidak hanya terjadi pada rupiah. Likuiditas yang seret juga terjadi pada valuta asing (valas). Berdasarkan data Bank Indonesia (BI), rencana pinjaman luar negeri perbankan saat ini mencapai US$ 5,373 miliar. "Tapi baru kita setujui sekitar US$ 1,359 miliar," tutur Direktur Direktorat Internasional Bank Indonesia (BI) Dian Ediana Rae.Pinjaman luar negeri yang disetujui tersebut terdiri dari bank BUMN sebesar US$ 480 juta dan bank swasta sebesar US$ 879 juta. Direktur Bisnis Umum BRI Sudaryanto Sudargo mengakui terjadi lonjakan pinjaman valas dalam negeri. "Tapi likuiditas valas juga sedang seret di dalam negeri," ujar Sudaryanto.Wakil Direktur Utama Bank Central Asia (BCA) Jahja Setiatmadja mengatakan, banyak perbankan yang membutuhkan valas untuk membayar kewajiban obligasi atau pinjaman internasional yang jatuh tempo pada akhir kuartal ketiga ini. "Jadi mereka memilih untuk menyimpan valas dan tidak meminjamkannya ke bank lain," ujar Jahja.