JAKARTA. Kebijakan devisa hasil ekspor (DHE) memberikan efek positif ke beberapa bank besar. Mereka menikmati tambahan suplai valuta asing (valas) milik eksportir yang selama ini terparkir di luar negeri. Bank besar paling menikmati beleid tersebut karena unggul di teknologi, kemudahan transaksi dan jaringan kantor di luar negeri. Menurut sumber KONTAN di bank sentral, dari total devisa ekspor yang masuk ke perbankan domestik, hampir 70% - 75% terparkir di lima bank. Yakni, Bank Mandiri, Bank BNI, Bank Central Asia (BCA), HSBC Indonesia dan Citibank Indonesia. Data Bank Indonesia (BI) menunjukkan total ekspor Januari 2012 mencapai US$ 14,6 miliar. Dari jumlah itu, yang sudah masuk ke bank domestik mencapai US$ 7,4 miliar, atau 51%. Data yang sama memperlihatkan ada 2.600 eksportir yang hasil penjualannya belum ditransfer ke dalam negeri.
Andrijanto, Group Head Wholesales Transaction Banking Bank Mandiri, tak ingat total valas milik eksportir yang sudah masuk via Bank Mandiri. Ia hanya mengatakan dari nilai Pemberitahuan Ekspor Barang (PEB) yang disampaikan eksportir ke Bank Mandiri pada Januari lalu, sekitar 50% - 55% sudah masuk ke bank. Kondisi ini lantaran ada devisa yang sudah masuk ke rekening, tapi belum dilaporkan pemiliknya. "Dalam setahun transaksi ekspor-impor mencapai 1 juta transaksi," ujarnya, Rabu (4/7). Bank Mandiri mengerahkan banyak cara untuk menguasai 50% pangsa pasar devisa ekspor. Antara lain mengoptimalkan layanan ekspor-impor di 29 kota dan menambah bank koresponden di luar negeri lebih dari yang ada saat ini sebanyak 1.000 bank. Para mitranya itu memiliki limit dalam jumlah besar sehigga memudahkan nasabah bertransaksi. "Kami juga proaktif menelepon eksportir yang transaksi ekspor dalam jumlah besar," katanya.