Lima catatan refleksi SBY sebagai presiden



JAKARTA. Refleksi merupakan hal yang lumrah dilakukan pada sebuah peringatan, atau acara-acara perpisahan. Itulah yang dilakukan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dalam memimpin sidang kabinet paripurna terakhir hari ini.

Biasanya, sidang kabinet paripurna akan mengangendakan pembahasan suatu masalah, atau kondisi terkini di Indonesia. Namun kali ini kebiasaan itu tidak terjadi, karena sidang kabinet paripurna yang berjalan satu jam hanya diisi dengan refleksi, atau catatan SBY selama memerintah negara Ini.

Bukan hanya materi, tempat berlangsungnya sidang kabinet juga tidak dilakukan di kantor presiden sebagaimana biasanya, melainkan di lantai 6 gedung kementerian sekertaris negara. "Kita tidak membahas sesuatu yang substansial, saya ingin jadikan forum ini untuk refleksi," ujar SBY, di gedung sekertariat negara, Jakarta.


Ada lima catatan refleksi yang disampaikan SBY. Pertama, SBY menyinggung soal pelaksanaan pembangunan selama sepuluh tahun. Menurutnya, pembangunan adalah proses jangka panjang bukan proses sekali jadi.

Meskipun dalam pelaksanaanya, sejak Indonesia merdeka proses pembangunan terpenggal-penggal dalam lima atau 10 tahun. Oleh karenanya pembangunan harus berkelanjutan.

Kedua, dimata SBY Indonesia telah mencapai perubahan yang besar sejak tahun 1998, bahkan sejak tahun 1945. Dan saat ini Indonesia bertransformasi menjadi negara yang maju, memiliki ekonomi yang kuat dan demokrasi yang kuat.

Ketiga, ekonomi Indonesia selama sepuluh tahun terakhir tumbuh dengan baik. Namun, bukan berarti tidak ada masalah seperti saat ini dimana ekonomi global bergejolak. Ditambah persoalan ekonomi dalam negeri.

Di tengah-tengah ancaman krisis SBY di mata SBY bisa keluar, bahkan saat ini Indonesia termasuk negara yang dianggap maju. Hal itu bisa dilakukan, karena stabilitas politik bisa dijaga.

Keempat, tantangan Indonesia kedepan cukup kompleks apalagi dengan sistem pemerintahan sekarang yang selama 10 tahun beruubah, dari sentralistik menjadi desentralistik. Korupsi juga telah melebar, tidak terpusat tapi terjadi juga di daerah.

Terakhir, SBY menyoroti soal toleransi antar masyarakat yang dinilai sudah membaik. Berbagai konflik horizontal di beberapa daerah bisa diselesaikan. Kini, tidak ada lagi konflik terjadi, seperti yang pernah ada di Poso, Maluku dan Aceh.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie