JAKARTA. Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Jero Wacik mengakui ada lima kegagalannya dalam menjalankan tugas sebagai Menteri ESDM. Mayoritas kegagalannya itu ada pada kebijakan bahan bakar minyak (BBM). "Saya mengaku masih ada program yang belum berhasil saya laksanakan selama menjadi Menteri ESDM. Tapi ini akan terus ditingkatkan di 2013 mendatang," kata Jero saat konferensi pers Kinerja ESDM Satu Tahun di Kantor Kementerian ESDM Jakarta, Rabu (26/12). Menurut Jero, kebanyakan program yang belum berhasil dilaksanakan ini terkait dengan BBM, baik masalah produksi hingga distribusi.
Pertama, program konversi penggunaan BBM ke bahan bakar gas (BBG) untuk kendaraan bermotor. Program ini belum terlaksana, karena anggaran BBG belum disetujui Kementerian Keuangan dalam APBN Perubahan 2012. Dalam APBN-P 2012 telah dialokasikan dana program konversi bahan bakar minyak ke BBG sebesar Rp 1,8 triliun. Dana itu untuk pembangunan 33 SPBG dan pengadaan 14 ribu converter kit yang saat ini masih proses tender.
Kedua, program penghematan BBM. Saat ini, kuota BBM Bersubsidi tahun 2012 sebesar 44,04 juta KL jebol dan terpaksa harus menambah kuota BBM sebesar 1,23 juta KL. "Saya memang mengakui bahwa sulit sekali masyarakat untuk menghemat BBM," tambahnya. Selain itu, pelarangan mobil dinas pemerintah untuk memakai BBM bersubsidi diklaim telah berhasil. Meski masih ada banyak yang membandel dan masih memakai BBM Bersubsidi.
Ketiga, masih adanya penyelundupan BBM. Ada masyarakat yang membeli BBM seharga Rp 4.500 per liter dan dijual seharga Rp 10.000 per liter kepada industro. Untuk mengantisipasi ini, pemerintah akan berkoordinasi dengan pihak kepolisian. "Saya mohon pengertian dari masyarakat. Ini memang sulit untuk menangkap penyelundup," tambahnya.
Keempat, renegoisasi kontrak tambang. Hingga saat ini belum ada keputusan dari Ketua Tim Renegosiasi yaitu Menteri Koordinator Perekonomian Hatta Rajasa. Namun masalah teknis renegosiasi sedang dilakukan Direktorat Jenderal Mineral Batubara, namun belum ada keputusan di level ketua renegosiasi kontrak.
Sampai saat ini, baru 14 perusahaan yang sudah mau mengadakan renegoisasi kontrak dengan pemerintah Indonesia. Pada pertengahan Januari 2013 mendatang, kesepakatan renegoisasi tahap pertama akan diteken. "Kita sudah banyak melakukan renegoisasi. Yang sudah berhasil 14 (perusahaan). Mereka sudah oke," tambahnya. Sementara untuk kontrak lainnya masih tahap renegosiasi dan masih ada perusahaan yang ogah renegoisasi kontrak.
Kelima, masalah produksi (lifting) minyak. Pemerintah sebenarnya menargetkan produksi minyak sebesar 930.000 barel per hari. Namun ternyata realisasinya jauh dari harapan, yaitu 860.000 barel minyak per hari. (Didik Purwanto/
Kompas.com) Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Asnil Amri