KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Industri Manajer Investasi (MI) di Indonesia memegang peranan penting dalam mendorong inklusi keuangan dan pertumbuhan pasar modal nasional. Melalui produk reksa dana, investor ritel dapat mengakses portofolio yang dikelola secara profesional dengan modal awal yang terjangkau, memungkinkan partisipasi yang lebih luas dalam instrumen keuangan.

Sementara itu, Kontrak Pengelolaan Dana (KPD) memberikan solusi investasi yang disesuaikan bagi investor institusi seperti dana pensiun, perusahaan asuransi, dan korporasi, dengan strategi yang dirancang sesuai profil risiko dan tujuan investasi masing-masing.

Kedua instrumen investasi tersebut berperan kuat dalam membangun ketahanan dan kedalaman pasar keuangan Indonesia yang terus berkembang.

Mirae Asset Bagi-bagi Cashback Reksa Dana dari Trading Booster Saham

Baca Juga: Manulife Aset Manajemen Indonesia Catat Dana Kelolaan Rp 104,3 Triliun pada Juli 2025

Sejumlah MI tercatat sebagai pengelola investasi terbesar di Indonesia. Hingga akhir Juni 2025, Di urutan teratas Manulife Aset Manajemen Indonesia (MAMI) masih menjadi MI terbesar dengan total AUM mencapai Rp 101,67 triliun. Dana tersebut meliputi KPD sebesar Rp 55,73 triliun dan reksadana sebanyak Rp 45,36 triliun. Jumlah dana kelolaan reksadana dan KPD MAMI yang terbesar di industri, menunjukkan kekuatan MI asal Kanada ini di segmen ritel dan institusi.

Dari data OJK juga terungkap peringkat tertinggi lainnya masih di dominasi oleh MI dengan rekam jejak panjang di industri reksadana Indonesia. Peringkat kedua ada Bahana TCW Investment yang memiliki total AUM sebesar Rp 73,47 triliun, Eastspring Investment Indonesia dengan Rp57,70 triliun. Peringkat keempat MI dengan total AUM terbesar adalah Sinarmas Asset Manajemen sebesar Rp 57,38 triliun. Berada di posisi lima besar adalah Schroder Investment Manajement dengan total dana kelolaan mencapai Rp 56,07 triliun.

Pengamat pasar modal Fendi Susiyanto menilai industri reksadana tetap menjadi salah satu aset penting di industri pasar modal Indonesia. Ditengah fluktuasi pasar saham, reksadana menjadi salah satu pilihan yang rasional untuk berinvestasi.

Peluang itu juga dimanfaatkan oleh para MI dengan merilis produk-produk reksadana dengan risiko moderat, terutama di kelas aset obligasi. Preferensi masyarakat Indonesia memang lebih berat pada instrumen obligasi dibanding saham, tergambar dari dana kelolaan reksadana obligasi sebesar Rp 167 triliun yang tumbuh 9,85% sejak awal tahun, dibanding dana kelolaan reksadana saham sebesar Rp 80,9 triliun.

Fungsi manajer investasi adalah mengelola dana melalui portofolio investasi. Untuk itu manajer investasi dimotori para profesional dengan pengalaman panjang dan akses informasi yang kuat.

“Manajer investasi dengan pengalaman panjang dan rekam jejak yang kredibel tentunya akan mampu mendukung kebutuhan masyarakat Indonesia untuk menumbuhkan asetnya melalui pasar modal. Di tengah situasi global dan domestik yang masih diwarnai ketidakpastian, produk investasi seperti reksadana dan KPD yang pengelolaannya dilakukan oleh MI dapat selalu menjadi alternatif bagi investor agar bisa tetap berinvestasi dengan risiko terukur," jelas Fendi, Kamis (11/9).

Selanjutnya: Porsi Investasi Dana Pensiun di Saham Masih di Bawah 5%

Menarik Dibaca: 4 Manfaat Madu untuk Wajah, Bekas Jerawat Jadi Cepat Hilang!

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News