Lima miliarder ini menyangkal kematian



Ada banyak film yang mengangkat kisah tentang usaha mencari kehidupan abadi. Sebut saja film Lost Horizon, Indiana Jones and the Last Crusade, hingga The Mummy: Tomb of the Dragon Emperor. Ya, sah-sah saja para pembuat film itu menyusun plot cerita tentang perburuan menemukan kehidupan abadi. Namun, yang jelas, saat ini memang ada orang-orang yang terobsesi agar dia bisa hidup selamanya. Di antara orang-orang itu, ada lima miliarder yang ingin agar mereka hidup selamanya, tidak melalui usaha yang heroik seperti dalam film-film itu, tetapi dengan melakukan berbagai riset agar impian hidup abadi bisa terwujud. Berikut lima orang kaya yang ingin hidup selamanya sebagaimana dikutip dari The Richest. 1. Dmitry Itskov

Dmitry Itskov adalah pengusaha sekaligus miliarder dari Rusia, sekaligus Direktur Utama New Stars Media. Meskipun ia baru berusia 31 tahun, Itskov sudah terpesona dengan ide keabadian. Untuk itu, dia mencari cara untuk meraih mimpinya itu. Itskov menyewa 30 ilmuwan Rusia yang memiliki kemampuan di berbagai bidang, antara lain ahli saraf, robotika, dan sistem organ buatan. Proyek ini diharapkan bisa menemukan teknologi yang bisa mentransfer kepribadian seorang individu kepada benda lain. Dengan cara ini, seseorang bisa meneruskan "kehidupannya" melalui tubuh buatan yang akan disebut Avatar. 2.  Don Laughlin

Don Laughlin adalah miliarder Amerika Serikat yang bergerak di bidang usaha perjudian. Dia memulai usaha tersebut pada 1950 saat membeli kasino pertamanya, 101 Club. Pada 1964, dia menjual kembali kasino itu untuk membeli motel delapan ruang yang terletak di perbatasan tiga negara bagian AS, yaitu California-Arizona-Nevada. Bisnis motelnya berkembang pesat, dan pada pertengahan era 90-an, dia telah berhasil memiliki penginapan sebanyak 1.404 kamar. Ia juga memiliki sebuah museum otomotif yang menampung koleksi besar Laughlin itu. Tempat itu juga dinamai menurut namanya. Laughlin adalah orang yang percaya pada teknologi cryogenic. Untuk itu, dia telah mengontrak sebuah perusahaan bernama Alcor untuk membekukan tubuhnya pada suhu -360 derajat celsius setelah ia meninggal. Dengan membekukan tubuh itu, dia berkeyakinan suatu saat akan bisa hidup kembali  melalui teknologi di masa depan yang memungkinkan untuk itu. 3. Robert Miller Robert Miller adalah seorang miliarder dari Kanada yang membangun kekayaannya dari perusahaan Future Electronics. Perusahaan ini bergerak di bidang distributor alat elektronik terbesar ke tiga di dunia. Saat ini, Miller berusia 67 tahun, tetapi dia sudah membuat rencana untuk "masa depannya". Selama ini, dia telah menyumbangkan banyak uang untuk amal dalam rangka membantu orang lain yang membutuhkan. Sebagaimana yang dilakukan Don Laughlin, dia menyewa Alcor untuk membekukan tubuhnya setelah dia meninggal, beserta instruksi untuk "dibangunkan" kembali ketika teknologi medis masa depan telah dikembangkan dan disempurnakan. 4. David Murdock


David Murdock adalah miliarder AS yang kini berusia 89 tahun. Dia meraih kekayaan setelah mengambil alih perusahaan makanan dan nutrisi, Dole Foods di tahun 1980-an. Dia adalah penggemar kesehatan dan gizi, serta mendirikan institut kesehatan di California, dengan obsesi untuk bisa mencapai umur panjang. Murdock juga terlibat dalam pendirian Duke University Murdock Study yang terlibat dalam studi tentang penyakit genetik dan obat. Dia juga orang yang secara teratur melakukan diet ketat ikan dan sayuran. Obsesinya bukanlah bisa hidup selamanya, melainkan hidup sampai berusia 125 tahun. 5. John Sperling

Sperling merupakan miliarder AS yang usianya menginjak 91 tahun. Dia memiliki University of Phoenix, sebuah lembaga pendidikan nirlaba yang dikenal untuk kursus secara online. Dia menyadari bahwa saat dia telah meninggal, dia tidak bisa lagi mencari keuntungan duniawi. Untuk itulah, dia melakukan segalanya agar umurnya panjang. Dia merupakan penyumbang utama Kronos Longevity Research Institute, sebuah lembaga yang melakukan penelitian klinis pada penyakit yang berkaitan dengan usia. Dia juga menyewa beberapa ilmuwan untuk mempelajari terapi kloning dan rekayasa genetika. Semua itu dilakukan untuk meningkatkan kualitas tubuh manusia, atau setidaknya meringankan penderitaan manusia dan rasa takut akan kematian.

(Bambang P Jatmiko/Kompas.com)

Editor: