Lima tahun lagi, Indonesia jadi produsen kopi nomor dua di dunia



JAKARTA. Asosiasi Eksportir dan Industri Kopi Indonesia (AEKI) menargetkan produksi kopi di Indonesia akan menjadi nomor dua di dunia dalam waktu lima tahun ke depan. Target itu akan dicapai dengan cara meningkatkan produktivitas lahan kopi di Indonesia menjadi dua kali lipat.Ketua Bidang Industri dan Spesialti AEKI, Pranoto Soenarto, mengatakan, produktivitas lahan kopi di Indonesia masih terbilang rendah jika dibandingkan dengan negara lain. Dengan luas lahan 1,3 juta hektare (ha), produksi kopi sekitar 600.000 ton per tahun. "Luas lahan Vietnam hanya 500 ha tapi produksinya dua kali lipat dari Indonesia," kata Pranoto di sela-sela acara kontes kopi spesialti, Rabu (16/11).Saat ini posisi Indonesia berada di urutan ketiga setelah Vietnam dan Brasil. Produktifitas kopi di Vietnam memang lebih tinggi karena menggunakan pupuk kimia dan pestisida. Sedangkan di Indonesia, perkebunan kopinya cenderung alami dengan menggunakan pupuk kandang dan tanpa pestisida. Untuk menjadi produsen nomor dua di dunia, Pranoto mengatakan asosiasi tengah bekerjasama dengan pakar kopi dari Brasil yang merupakan negara penghasil kopi terbesar di dunia. Langkah yang akan ditempuh lebih fokus pada penyesuaian dan pengembangan genetika kopi. Sementara untuk menambah jumlah lahan menurutnya sangat susah karena penambahan lahan perkebunan prosesnya rumit dan melibatkan banyak kementerian seperti Kemenhut, Kementan, Kemenperin dan Kemendag.Menurut Pranoto, pakar kopi dari Brasil berjanji bisa meningkatkan produktifitas lahan kopi di Indonesia. "Saya akan belajar langsung ke Brasil," kata Pranoto.Dalam lima tahun ke depan, Pranoto menargetkan produksi kopi di Indonesia bisa mencapai 1,3 juta ton per tahun. Selanjutnya, 10 tahun berikutnya, Indonesia diharapkan bisa mengalahkan produksi Brasil yang mencapai 3,5 juta ton per tahun dengan lahan 2,5 juta ha.Dirjen Industri Agro Kementerian Perindustrian, Benny Wahyudi, mengatakan, pada 2010, Indonesia memproduksi 690.000 ton kopi atau 6% dari produksi kopi dunia. "Mayoritas kopi yang dihasilkan adalah jenis robusta," kata Benny.Produksi kopi robusta mencapai 540.000 ton, sedangkan kopi arabika sebesar 150.000 ton per tahun. Dari jumlah itu, 68% di antaranya diekspor dalam bentuk biji kopi. Sedangkan sisanya diolah di dalam negeri.Benny mengatakan sejauh ini ekspor bahan baku kopi lebih menguntungkan daripada kopi olahan. Maklum rata-rata pembeli kopi punya cara tersendiri dalam pengolahan kopi dan pencampurannya dengan bahan-bahan lain terutama untuk kebutuhan kafe atau restoran.Harga kopi menjadi lebih mahal terutama untuk jenis spesialti dengan indikasi geografis tertentu. Kopi spesialti dari Indonesia yang sudah dikenal di dunia di antaranya Gayo Coffee, Mandailing Coffee, Lampung Coffee, Java Cofee, Kintamani Coffee, Toraja Coffee dan Luwak Coffee.Industri hilir kopi di dalam negeri meskipun berkembang tapi cenderung lambat. Pada tahun 2007, jumlah perusahaan industri pengolahan kopi sebanyak 77 perusahaan dan sekarang menjadi 81 perusahaan belum termasuk industri kecil dan rumah tangga.Produksi kopi olahan pada periode 2007-2011 tumbuh rata-rata 3,5% per tahun. Produksi kopi bubuk dan instan pada tahun 2010 mencapai 151.671 ton.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Editor: Rizki Caturini