KONTAN.CO.ID - SUBANG. Kota Subang di Jawa Barat terkenal sebagai penghasil buah nanas yang bercita rasa manis dan digemari banyak orang. Alhasil, banyak penduduk Subang yang berprofesi sebagai petani buah nanas. Saat panen, para petani biasanya hanya mengambil buah nanasnya saja. Sedangkan daun nanas dibuang sebagai limbah alias tidak terpakai. Tapi bagi warga Desa Cikadu, Kecamatan Cijambe, Kabupaten Subang, Jawa Barat, limbah daun nanas tersebut justru bisa mendatangkan cuan. Mereka membuat beragam produk kerajinan yang menggunakan limbah daun nanas sebagai bahan baku. Mulai benang hingga kain dan pakaian.
Saat bertandang ke Desa Cikadu, sejumlah ibu-ibu di desa tersebut tengah mengolah serat daun nanas menjadi berbagai produk kerajinan. Ada yang bertugas sebagai penyisir, pemintal dan juga penenun. Alan Sahroni, pemilik Alfiber, sebuah usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) produk kerajinan limbah daun nanas menuturkan, awalnya, limbah daun nanas tidak dimanfaatkan secara maksimal. "Daunnya pasti dibuang atau untuk jadi pakan ternak dan pupuk," katanya di Desa Cikadu, Kamis (6/10).
Baca Juga: Sentra alas kaki Ciomas, cikal bakal Cibaduyut (1) Jebolan STT Tekstil Bandung ini lantas menerapkan ilmu yang ia dapat selama kuliah. Alan mengolah limbah daun nanas menjadi produk yang memiliki nilai jual tinggi. Usaha yang berdiri pada 2013 awalnya hanya mengandalkan peralatan bambu untuk mendapatkan serat daun nanas. Beruntung, saat mengikuti lomba, dirinya mendapatkan mesin tenun yang langsung ia manfaatkan untuk memproduksi produk tekstil dari daun nanas secara lebih optimal. Dari serat daun nanas tersebut, Alan bisa menghasilkan berbagai produk kerajinan. Selain kain dan pakaian ada juga outer, tas hingga kertas. Target pasar dari produk kerajinannya menyasar segmen menengah atas. Ambil contoh untuk kain berukuran 180 cm x 60 cm dijual dengan harga Rp 500.000 per lembar kain.
Hebatnya, produk besutan Alfiber ini ternyata mengundang perhatian para perancang busana. Tak cuma itu, produk bahan setengah jadinya saja, yakni benang dari daun nanas sudah dilirik oleh sebuah perusahaan asal Singapura. Namun, Alan tidak merinci proyek kerjasama yang ia dapatkan dari perusahaan tersebut. Yang jelas, dari usaha kerajinan dari daun nanas tersebut, Alan sanggup meraup omzet antara Rp 10 juta sampai Rp 15 juta per bulan. Tak cuma dirinya saja, ibu-ibu warga Desa Cikadu juga mendapatkan tambahan penghasilan dari usaha membuat kerajinan tersebut. Kesuksesan usaha Alan itu tidak terlepas dari program pembinaan dari PT Pertamina EP (PEP) Subang Field yang diberi nama Pesona Subang sejak 2021. Lewat program ini, ia mendapatkan bantuan berupa peralatan juga pelatihan keterampilan untuk untuk meningkatkan kinerja usahanya. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Markus Sumartomjon