JAKARTA. Pemerintah Indonesia kecewa atas sikap pemerintah Australia yang memberikan perlindungan suaka dan izin menetap kepada penyelundup manusia. Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa mengatakan, kebijakan tersebut sangat sulit diterima pemerintah Indonesia.Dia menilai, tindakan pemerintah Australia tersebut sulit diterima secara logika lantaran pelaku tindak pindana penyelundupan manusia ini mendapatkan suaka sedangkan para korban pelaku tindak pidana penyelundupan manusia justru ditahan. Pemerintah Indonesia sudah berkomunikasi dengan Australia mengenai masalah ini. Menurut Marty, pemerintah Australia kini tengah menginvestigasi hal tersebut. "Saya tidak tahu istilah yang tepatnya, apakah mereka kecolongan, saya tidak tahu. Yang pasti mereka sedang mencoba mengetahui bagaimana ini bisa memperoleh izin tinggal di Australia," katanya, Rabu (6/6).Sebagai informasi, gembong penyelundup manusia yang telah membawa ratusan orang masuk ke Australia ternyata tinggal dan beroperasi di Australia. Bahkan ada yang tinggal di Canberra, ibukota Australia.Sedikitnya enam gembong penyelundup manusia ini datang sebagai pencari suaka. Mereka mendapatkan status pengungsi sebelum dilepaskan dari pusat penahanan untuk hidup di beberapa kota. Beberapa diantara mereka masih menjalankan praktik penyelundupan dari Australia.Salah seorang penyelundup tersebut, Abu Ali al Kuwaiti, juga terlibat dengan sebuah kapal yang menghilang dalam perjalanan ke Australia. Pada November 2010, sebanyak 97 pencari suaka dari Iran, Irak, dan Afganistan menaiki sebuah kapal dari Jakarta Utara, pada hari kapal itu menghilang di tengah laut.Menurut jaringan televisi ABC, tidak seorang pun mengetahui nama kapal itu dan tidak ada yang melaporkan. Namun, penyelundup manusia ini masih menagih biaya penyelundupan kepada sanak keluarga mereka. Operasi ini dijalankan oleh beberapa penyelundup yang bekerja untuk Abu Ali Al Kuwaiti yang tinggal di Indonesia dan seorang penyelundup.Pada awal tahun 2010, Abu Ali al Kuwaiti dan gembong penyelundup lain dari Irak bertemu di Jakarta guna mendiskusikan bagaimana memperluas bisnis mereka di Australia. Mereka berencana mengirimkan para penyelundup ini ke Australia dengan kapal.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Lindungi penyelundup, Indonesia kecam Australia
JAKARTA. Pemerintah Indonesia kecewa atas sikap pemerintah Australia yang memberikan perlindungan suaka dan izin menetap kepada penyelundup manusia. Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa mengatakan, kebijakan tersebut sangat sulit diterima pemerintah Indonesia.Dia menilai, tindakan pemerintah Australia tersebut sulit diterima secara logika lantaran pelaku tindak pindana penyelundupan manusia ini mendapatkan suaka sedangkan para korban pelaku tindak pidana penyelundupan manusia justru ditahan. Pemerintah Indonesia sudah berkomunikasi dengan Australia mengenai masalah ini. Menurut Marty, pemerintah Australia kini tengah menginvestigasi hal tersebut. "Saya tidak tahu istilah yang tepatnya, apakah mereka kecolongan, saya tidak tahu. Yang pasti mereka sedang mencoba mengetahui bagaimana ini bisa memperoleh izin tinggal di Australia," katanya, Rabu (6/6).Sebagai informasi, gembong penyelundup manusia yang telah membawa ratusan orang masuk ke Australia ternyata tinggal dan beroperasi di Australia. Bahkan ada yang tinggal di Canberra, ibukota Australia.Sedikitnya enam gembong penyelundup manusia ini datang sebagai pencari suaka. Mereka mendapatkan status pengungsi sebelum dilepaskan dari pusat penahanan untuk hidup di beberapa kota. Beberapa diantara mereka masih menjalankan praktik penyelundupan dari Australia.Salah seorang penyelundup tersebut, Abu Ali al Kuwaiti, juga terlibat dengan sebuah kapal yang menghilang dalam perjalanan ke Australia. Pada November 2010, sebanyak 97 pencari suaka dari Iran, Irak, dan Afganistan menaiki sebuah kapal dari Jakarta Utara, pada hari kapal itu menghilang di tengah laut.Menurut jaringan televisi ABC, tidak seorang pun mengetahui nama kapal itu dan tidak ada yang melaporkan. Namun, penyelundup manusia ini masih menagih biaya penyelundupan kepada sanak keluarga mereka. Operasi ini dijalankan oleh beberapa penyelundup yang bekerja untuk Abu Ali Al Kuwaiti yang tinggal di Indonesia dan seorang penyelundup.Pada awal tahun 2010, Abu Ali al Kuwaiti dan gembong penyelundup lain dari Irak bertemu di Jakarta guna mendiskusikan bagaimana memperluas bisnis mereka di Australia. Mereka berencana mengirimkan para penyelundup ini ke Australia dengan kapal.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News