Line akan menghelat IPO tekno terbesar dunia



TOKYO. Line Corp akan menjadi perusahaan teknologi dengan nilai terbesar yang  akan mencatatkan sahamnya (initial public offering/IPO) tahun ini di dunia. Perusahaan asal Jepang ini lahir pasca gempa bumi dahsyat dan tsunami yang mengguncang Jepang pada 2011 silam.

Setelah guncangan mereda, jalanan-jalanan di Tokyo diramaikan oleh warga Jepang yang berusaha pulang ke rumah setelah jasa transportasi ditutup. Telepon dan pesan singkat tidak dapat dilakukan karena jaringan telekomunikasi sibuk akibat banyaknya warga Jepang yang berkomunikasi secara bersamaan.

"Pada saat itu, Anda tidak dapat menghubungi siapapun karena telepon dan SMS tidak berfungsi. Jika saya akan mati pada hari itu, setidaknya saya ingin berbicara dengan keluarga saya sekali lagi," cerita Kim Hyun Ju, pekerja real estate di Yokohama.


Kendati demikian, Kim bisa menghubungi kerabatnya via KakaoTalk, aplikasi pesan yang sangat populer di Korea Selatan. Dengan bantuan temannya, akhirnya Kim bisa menemukan jalan pulang.

Cerita-cerita seperti inilah yang kemudian mendorong Naver Corp, induk usaha Line di Korea Selatan, untuk mempercepat pengembangan jasa layanan pesan baru dengan bantuan dari sejumlah karyawan di perusahaan internet.

Tiga bulan kemudian, Line dirilis. Aplikasi ini juga meliputi alat yang memungkinkan pengguna untuk membagikan lokasi. Pada perkembangan selanjutnya, aplikasi ini juga memiliki kemampuan plug in dengan fitur lain seperti games, komik, voice, video calling, foto, hingga video sharing.

"Saat gempa bumi melanda, masyarakat tidak dapat menggunakan ponsel mereka. Dalam kondisi itu, kami memutuskan bahwa kita harus fokus pada upaya membangun aplikasi pesan. Kami bergerak cepat," jelas Chief Executive Officer Takeshi Idezawa dalam konferensi pers tahun lalu.

Hal itu yang kemudian mengantarakan Line sebagai aplikasi pesan yang paling dominan di Jepang. Line juga menjadi nomor satu di Taiwan dan Thailand, dan berencana menembus pasar lebih dalam ke Asia Tenggara dan Timur Tengah. Di dua benua ini, Facebook dan Whatsapp lebih populer.

Line pun berniat ekspansi. Terkait hal itu, Line berencana menghelat IPO dengan target dana 113 miliar yen atau setara dengan US$ 1 miliar.

"Untuk aplikasi seperti Line, agar bisa survive dan mampu bersaing, mereka harus cepat berekspansi. Banyak sekali pesaing di pasar Asia seperti Malaysia, Indonesia, Vietnam --tempat di mana banyak pengguna internet baru dan pengguna smartphone untuk kali pertama," papar Felim McGrath, trends manager GlobalWebIndex yang berbasis di London.

Sejauh ini, Line sudah menunjukkan bahwa perusahaan cukup kreatif dan bisa beradaptasi. Sticker kelinci dan beruang lucu berhasil menarik jutaan pengguna di Jepang dan sejumlah negara lainnya.

Di Indonesia, Line mengembangkan jasa alumni yang memungkinkan pengguna terhubung dengan teman sekelas. Layanan ini diluncurkan setelah perusahaan mempelajari bahwa jaringan alumni memiliki pengaruh sosial yang cukup besar di Indonesia.

Di sejumlah negara Muslim, Line merilis fitur spesial di mana pengguna bisa memantau waktu berbuka puasa. Banyak yang bilang, saat ini, pengguna aktif Line di seluruh dunia mencapai 218 juta per bulannya.

Idezawa juga menjelaskan, ada tiga strategi utama yang masih dipegang perusahaan. Pertama, fokus pada smartphone. Kedua, fokus pada komunikasi pribadi. Ketiga, fokus pada komunikasi emosional.

Penjualan Line pada tahun lalu mencapai 121 miliar yen. Dari jumlah itu sekitar 41% merupakan kontribusi dari games, musik streaming, dan komik. Sedangkan kerugian bersih pada periode yang sama mencapai 7,6 miliar yen.

Line juga terus berekspansi. Pada 2010, Line mengakuisisi Livedoor Inc senilai 6,3 miliar yen. Pembelian ini menambah jumlah pengguna Line sebanyak 30 juta user.

Setahun setelah akuisisi, Line meluncurkan aplikasi pesan dan mampu menghimpun 100 juta pengguna teregistrasi per Januari 2013.

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie