Lini bisnis PP Presisi makin berisi



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT PP Presisi Tbk (PPRE) kian mantap melebarkan sayap bisnisnya. Setelah berhasil mengembangkan bisnis penyewaan alat berat menjadi kontraktor konstruksi, kini PPRE bersiap ekspansi ke lini bisnis baru.

Benny Pidakso, Direktur Keuangan PPRE, mengatakan, ada empat lini bisnis baru yang tengah dikembangkan. "Yakni sektor pembangkit listrik sebagai erector, mechanical electrical untuk gedung, konstruksi pertambangan, dan transportasi," ungkap Benny kepada KONTAN, baru-baru ini.

Dari empat lini bisnis itu, PPRE sudah mulai masuk ke sektor konstruksi tambang. Bisnis tersebut digarap melalui anak usahanya, PT Lancarjaya Mandiri Abadi. Pada akhir tahun lalu, PPRE sudah mulai mengantongi dua kontrak pekerjaan sebagai kontraktor tambang.


Pekerjaan pertama datang dari PT Atlas Resources, terkait pengangkutan batubara atau coal hauling menggunakan 200 dump truck di Sumatra Selatan. Kontrak proyek ini berlaku selama lima tahun, dengan nilai proyek Rp 350 miliar per tahun.

Kemudian, proyek kedua diperoleh dari PT Barasentosa Lestari. Kontrak pengangkutan batubara di Sumatra Selatan ini berlaku selama tiga tahun dengan menggunakan sekitar 200 dump truck.

Di bisnis ini, Benny tak terlalu risau soal fluktuasi harga batubara. Pasalnya, kontrak pekerjaan pengangkutan batubara yang dijalani PPRE cukup stabil, lantaran mitranya tersebut merupakan pemasok untuk PT Perusahaan Listrik Negara (PLN). "Saat ini baru pengangkutan batubara. Ke depan, kami mau masuk total, mulai dari membuat jalan sampai penggaliannya," papar Benny.

Pendapatan dari sektor tambang ini merupakan pendapatan berulang atau recurring income. Hingga akhir tahun nanti, lini bisnis tersebut diharapkan bisa berkontribusi 10% terhadap pendapatan perusahaan.

Lalu, di bisnis erector dan mechanical electrical, PPRE masih melakukan penjajakan. Anak usaha PT PP Tbk (PTPP) ini tengah melakukan due dilligence untuk mengakuisisi perusahaan erector asal Jepang. Harapannya, proses akuisisi tersebut bisa tuntas pada akhir Maret mendatang.

Sementara itu, PPRE akan mulai masuk bisnis transportasi saat infrastruktur sudah siap. Benny mengatakan, dump truck yang saat ini dimiliki bisa dengan mudah dimodifikasi menjadi kendaraan pengangkut logistik.

Berbekal rencana ekspansi tersebut, tahun ini PPRE membidik pendapatan Rp 4,9 triliun. Jumlah itu naik dua kali lipat ketimbang target tahun 2017 sebesar Rp 2,3 triliun. Sedangkan laba bersihnya diharapkan bisa mencapai Rp 434 miliar. "Empat lini bisnis baru ini diharapkan bisa berkontribusi lebih dari 30%," imbuh Benny.

PPRE juga membidik kontrak baru sebesar Rp 8 triliun. Angka ini meningkat 35% dari pencapaian tahun lalu sebesar Rp 5,9 triliun.

Belanja modal

Demi memuluskan pengembangan bisnisnya, PPRE telah menyiapkan dana ekspansi sebesar Rp 1,6 triliun. Jumlahnya sengaja diperkecil karena tahun lalu PPRE banyak melakukan akuisisi. Salah satunya adalah akuisisi PT Lancarjaya Mandiri Abadi. Sepanjang 2017, dana belanja modal alias capital expenditure (capex) yang digelontorkan PPRE mencapai Rp 1,8 triliun.

Benny memaparkan, sekitar 80% dari capex tahun ini akan dialokasikan untuk menambah jumlah alat berat. Maklum, alat berat merupakan penunjang utama untuk ekspansi perusahaan. Per Oktober 2017, PPRE telah memiliki 1.663 alat berat yang bisa dipindahkan dan 147 alat berat statis. "Selain alat berat, kami juga akan memperluas workshop," beber dia.

Menurut Benny, lahan penampungan alat berat yang dimiliki saat ini masih belum cukup. PPRE hanya memiliki sekitar 2 hektare (ha) lahan untuk seluruh peralatannya. Rencananya, PPRE akan menambah jumlah lahan baru sekitar 5 ha-10 ha di kawasan Bekasi dan Cikarang.

Tak hanya untuk menyimpan alat berat, PPRE juga berencana menambah jumlah lahan untuk penambangan batu. Perusahaan ini tengah memburu lahan seluas 20 ha–40 ha demi memperbesar kapasitas ready mix.

Sebagian besar dana ekspansi itu bakal dipenuhi dengan menggunakan dana hasil penawaran perdana saham alias initial public offering (IPO) yang mencapai Rp 700 miliar. Lalu untuk menutupi sisanya, PPRE akan mencari pinjaman perbankan.

Saat ini, PPRE tengah menggarap beberapa proyek. Misalnya jalan tol Manado-Bitung senilai Rp 720 miliar dan lava kontrol Gunung Sinabung senilai Rp 127 miliar. PPRE juga menggarap bendungan Way Sekampung di Lampung senilai Rp 552 miliar dan Bendungan Leuwi Keris di Jawa Barat senilai Rp 456 miliar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Sanny Cicilia