KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Platform dompet digital PT Fintek Karya Nusantara atau LinkAja menyatakan transaksi Quick Response Code Indonesian Standard (QRIS) per Mei 2024 tercatat 3,7 juta transaksi. Chief Executive Officer LinkAja Yogi Rizkian mengatakan angka itu tumbuh hampir 20% dibandingkan capaian per April 2024. "Adapun sektor yang paling mendominasi transaksi QRIS melalui aplikasi LinkAja, yakni ritel, seperti pembelanjaan di supermarket, mini market, pedagang grosir, FMCG, bahan bakar dan energi, makanan dan minuman, serta e-commerce," ujarnya kepada Kontan, Sabtu (15/6).
Yogi berpendapat naiknya geliat transaksi QRIS disebabkan makin tingginya adopsi dan penetrasi transaksi digital oleh para pengguna atau masyarakat. Dia bilang kemudahan layanan dan keamanan bertransaksi menggunakan aplikasi LinkAja menjadi faktor utama terjadinya pertumbuhan transaksi QRIS.
Baca Juga: Fintech Lending Mulai Mencetak Keuntungan Lebih lanjut, Yogi menerangkan lonjakan pertumbuhan QRIS seringkali terjadi bersamaan dengan kesempatan atau periode tertentu. Contohnya, pada saat momen Lebaran, terdapat peningkatan animo pengguna untuk mudik. LinkAja mencatat pertumbuhan transaksi QRIS cukup baik, khususnya sektor transportasi. Yogi menyampaikan penggunaan QRIS untuk layanan Kereta Api Indonesia (KAI) meningkat sebesar 50% dibandingkan periode Lebaran tahun lalu. Selain itu, penggunaan QRIS untuk pembelian tiket mudik melalui agen perjalanan atau travel agent juga meningkat drastis lebih dari 360%. "Jika dibandingkan periode lebaran tahun lalu, nilai
Gross Merchandise Value (GMV) untuk keduanya juga meningkat, yakni layanan KAI sebesar 59% dan pembelian tiket perjalanan sebesar 125%," ungkapnya. Sampai akhir 2024, Yogi mengatakan LinkAja optimistis menargetkan peningkatan transaksi secara keseluruhan lebih dari 60% dibandingkan pencapaian pada 2023. Untuk mencapai target tersebut, dia menyebut LinkAja akan menerapkan sejumlah strategi. Salah satunya, yakni akan berfokus pada model bisnis dua sisi B2B2BC. "Pada sisi B2B, kami berfokus pada
end-to-end value chain dari sisi tradisional maupun digital. Pada sisi B2C, kami mengutamakan
low-cost user acquisition dan
retention. Ekosistem BUMN tetap menjadi
key competitive advantage LinkAja sebagai solusi keuangan digital yang mendukung pengembangan infrastruktur pembayaran bersama dengan berbagai lini bisnis BUMN," tuturnya.
Baca Juga: LinkAja Deteksi Sekitar 3.000 Akun Indikasi Terlibat Transaksi Judi Online Per Bulan Selain itu, Yogi bilang LinkAja juga akan terus berkolaborasi dengan beberapa perusahaan di bawah Kementerian BUMN sebagai penyedia layanan
disbursement insentif dan platform penukaran poin loyalitas. Dengan demikian, dia menerangkan LinkAja mampu mendapatkan basis pengguna besar yang bersifat
captive tanpa biaya akuisisi dan retensi. Yogi meyakini dengan mengoptimalkan sejumlah strategi tersebut, LinkAja dapat terus melanjutkan kinerja positif baik secara jumlah pengguna aktif dan nilai transaksi. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Herlina Kartika Dewi