Lion Group bangun sekolah penerbangan



JAKARTA. Lion Group dan Air Bus telah menandatangani kerjasama perjanjian layanan pusat pelatihan (Training Centre Services Agreement) untuk mengembangkan sekolah penerbangan milik Lion Group yaitu Angkasa Aviation Academy.

Program pelatihan penerbangan itu dibangun Lion Group untuk menyesuaikan standar Airbus dan Badan Keselamatan Penerbangan Eropa (EASA).

Dalam perjanjian kerja sama itu disebutkan bahwa Airbus akan menyediakan seluruh silabus, dokumentasi, pelatihan, alat serta courseware yang dibutuhkan untuk kursus pelatihan pesawat merek Airbus yang dipraktikkan di Angkasa Aviation Academy.


Airbus juga sepakat akan menempatkan personilnya di pusat pelatihan simulator sekolah penerbangan milik Lion Group ini.

Untuk berjalannya proses belajar mengajar, Lion Group telah menyiapkan pusat simulator untuk jenis pesawat yang dioperasikan oleh Lion. Selain itu, Lion juga telah memesan 4 simulator A320 yang rencananya akan dikirimkan akhir bulan ini pesanan A320 yang pertama.

Dana yang di keluarkan untuk sekolah penerbangan ini menghabiskan US$ 200 juta- US$250 juta. Dana itu, diantaranya untuk membeli 21 alat simulator baik Boeing maupun Airbus.

Sekolah Penerbangan milik Lion Group ini nantinya akan hadir diwilayah Cirebon, Jawa Barat dan Palangkaraya, Kalimantan Tengah dengan target market siswanya akan direkrut di seluruh Indonesia.

Selain itu, Lion juga akan membangun sekolah penerbangan di Bangka Belitung di atas tanah 1000 hektare. Sebagai pelengkap, Lion menargetkan bisa menghadirkan 40 pesawat Cessna untuk di manfaatkan sebagai pesawat latihan.

Rusdi Kirana, CEO Lion Group mengatakan, alasan mengembangkan sekolah penerbangan ini karena Lion telah melakukan pemesanan pesawat baru sebanyak 700 unit sampai tahun 2027.

“Kami kekurangan tenaga penerbang. Karena itu, kami ingin memajukan sekolah ini agar nantinya  lima sampai sepuluh tahun ke depan, Lion Group punya SDM lulusan sekolah penerbangan berkualitas. Kami juga berharap, sekolah ini bisa punya sertifikat EASA  dan kami berharap bisa menghasilkan 100 orang pilot untuk tiap tahunnya,” kata Rusdi, Senin (17/3).

Harry Bhakti, Dirjen Perhubungan Udara Kementrian Perhubungan mengatakan, kebutuhan tenaga pilot dii ndonesia mencapai 800 orang pertahunnya.

Saat ini, kata dia, sudah ada 22 sekolah penerbangan di Indonesia. Jika Lion Group bisa menghasilkan 100 orang pilot tiap tahun, akan membantu memenuhi kebutuhan pilot di Tanah Air.

“Saya harap sekolah penerbangan dapat mengutamakan dan comitmen dengan safety system penerbangan,” kata Harry.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Dikky Setiawan