JAKARTA. Lion Group akan fokus mengembangkan lini bisnis penerbangan dengan layanan penuh alias
full service tahun depan. Hal ini berbeda dengan fokus bisnis mereka pada tahun-tahun sebelumnya yakni mengembangkan penerbangan murah atawa
low cost carrier (LCC). Oleh karena itu, Lion Group ingin menambah 28 armada pesawat untuk maskapai penerbangan
full service milik mereka yakni Batik Air. Lion akan berbelanja pesawat Airbus dan Boeing. Jika target itu terpenuhi, Batik Air akan mengudara dengan 40 pesawat. Tak cuma menambah armada pesawat, Lion Group berencana melebarkan jangkauan terbang Batik Air di regional Asia. "Kami sedang mengurus Batik Air agar bisa masuk ke Singapura, Malaysia dan Hong Kong," terang Edward Sirait, Direktur Umum Lion Group, kemarin (13/11).
Rupanya, strategi grup maskapai penerbangan milik Rusdi Kirana ini berangkat dari permintaan pasar terhadap Batik Air yang meningkat. Menurut catatanan Lion, tingkat keterisian penumpang Batik Air tahun ini rata-rata 80%. Sementara keterisian penumpang maskapai penerbangan lain milik Lion, justru lebih rendah. Edward menduga, pertumbuhan permintaan layanan full service ini buah peralihan penumpang penerbangan murah ke penerbangan full service. "Belakangan ini banyak penumpang Lion beralih ke Batik Air," kata Edward. Namun, manajemen Lion Group tidak mengkhawatirkan peralihan penumpang ini. Malah, hal itu menjadi bukti terjadi pertumbuhan ekonomi, yang mendorong peningkatan konsumsi masyarakat Indonesia. Nah, sebelum merealisasikan target 2015, Lion Group memastikan tiga pesawat untuk Batik Air sudah datang kuartal IV 2014. Dua hari yang lalu atau 11 November 2014, perusahaan memarkir tiga pesawat seri Airbus A320. Lantas, bulan depan Lion Group akan mendatangkan empat pesawat lagi untuk Batik Air. Dua pesawat Airbus A320. Sementara dua pesawat lain berseri Boeing 739. Ketujuh pesawat anyar itu akan menerbangi rute yang sudah dimiliki Batik Air saat ini. Dengan tambahan pesawat itu, hingga akhir tahun 2014, Batik Air akan mengoperasikan sebanyak 12 pesawat. Strategi Lion Group bisa jadi membaca situasi saat ini. Pasalnya, selain tekanan pelemahan kurs rupiah terhadap dollar Amerika Serikat, industri penerbangan, khususnya LCC tergencet aturan aturan penerbangan anyar tentang patokan tarif batas bawah tiket pesawat. Karena aturan itu, pelaku maskapai penerbangan LCC tak bisa lagi perang harga demi menggaet penumpang. Tunggu lahan bebas
Sementara mengenai kelanjutan pengembangan bandar udara (bandar) Halim Perdanakusumah, Lion Group memastikan tidak akan memulai pembangunan konstruksi pada November ini. Sebab, saat ini, perusahaan itu masih harus menuntaskan persoalan lahan. Akibatnya, target pengerjaan proyek senilai Rp 5 triliun tersebut mundur akhir tahun ini. Edward menjelaskan, saat ini perusahaannya masih mengadakan pembicaraan intensif dengan TNI AU dan PT Angkasa Pura II. "Pekerjaan konstruksi baru akan dimulai setelah proses serah-terima lahan itu rampung," katanya. Lion Group juga belum meneken kontrak kerja dengan PT Adhi Karya Tbk di proyek ini. Lion Group memberi tenggat waktu ke Adhi Karya untuk menyelesaikan perluasan terminal, membangun
taxi way, apron, gate dan garbarata selama sembilan bulan. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Anastasia Lilin Yuliantina