Lion Nickel jajal peruntungan di bisnis emas



JAKARTA. Kilau harga emas membuat silau banyak perusahaan. Alhasil, PT Leo Investment Tbk yang sebelumnya banyak berkecimpung di bisnis batubara dan nikel, kini ketagihan di bisnis emas.

Di bisnis emas ini, emiten berkode ITTG di Bursa Efek Indonesia (BEI) tersebut menekuni lewat anak usahanya PT Lion Nickel. Anak usaha tersebut telah meneken perjanjian kerja sama dengan perusahaan tambang emas, PT Tansri Majid Energy sejak akhir tahun 2015 lalu. "Mereka (Tansri Majid) memiliki tambang, dan kami bekerja sama untuk kontrak produksi dan pemasarannya, kata Andre Permana, Direktur Utama ITTG kepada KONTAN, Jumat (27/1).

Dalam kerja sama tersebut, Lion Nickel menyuntikkan modal kerja untuk keperluan produksi di PT Tansri Majid Energy. Adapun PT Tansri Majid Energy memberikan hak eksklusif pemasaran emas kepada Lion Nickel. Jika produksi 3 kg emas per bulan, potensi pendapatan per tahun bisa mencapai US$ 297 juta.


Tak hanya itu, Lion Nickel juga akan mendapat fee sebesar 20% dari pendapatan Tansri Majid Energy. Jika pendapatan PT Tansri Majid Energy US$ 300 juta per tahun, fee Lion Nickel bisa mencapai US$ 60 juta per tahun.

Asal tahu saja, tahun lalu PT Tansri Majid Energy memproduksi 1 kilogram (kg) emas, atau di bawah target 3 kg. Andre bilang, produksi yang terbilang lemah itu karena kondisi cuaca tidak bersahabat.

Emas yang diproduksi kebanyakan di pasarkan di pasar ritel, karena jumlahnya masih mini. Sejatinya, manajemen Lion Nickel ingin menjual emas langsung ke Jakarta atau ekspor. Namun hal tersebut baru bisa dilakukan jika produksi sudah banyak. Untuk itu kami menargetkan tahun ini produksi naik menjadi 3 kg emas per bulan, kata Andre.

Untuk menggenjot produksi, Lion Nickel melakukan perbaikan sarana produksi serta melakukan pemutakhiran teknologi penambangan. Dengan teknologi terbaru, produksi emas yang mereka lakukan bisa terhindar dari gangguan cuaca hujan.

Sekadar gambaran saja, PT Tansri Majid Energy saat ini memiliki luas lahan tambang emas 8.191 hektare (ha) yang terletak di Lebong, Bengkulu. Selain berbisnis emas, Lion Nickel memiliki lini bisnis jasa penunjang minyak dan gas (migas). Di bisnis jasa migas ini, Lion Nickel telah menambah aset berupa rig yang bisa digunakan untuk drilling maupun workover.

Namun karena kondisi industri migas belum pulih, kontribusi dari bisnis jasa ini belum terlalu menggembirakan. Maka itu, Lion Nickel belum bisa memastikan target dari bisnis jasa migas tersebut. "Saat ini kondisi migas agak tiarap, dan eksplorasi tidak banyak, jelas Andre.

Maka, Andre menyimpulkan, kontribusi pendapatan terbesar mereka tahun ini lebih banyak dihasilkan dari bisnis emas, dengan target kontribusi sekitar 70%. Adapun 30% sisanya dari sektor bisnis lain. Andre bilang, fokus utama Lion Nickel tahun ini adalah mengembangkan bisnis emas, sembari mencoba peruntungan di bisnis penunjang jasa migas.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Rizki Caturini