JAKARTA. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) memprediksikan ekspor Indonesia akan merosot pada 2012 nanti karena perlambatan perekonomian di negara-negara mitra dagang utama. Peneliti Pusat Penelitian Ekonomi LIPI Umi Karomah Yaumudin meramalkan, ekspor Indonesia akan mengalami penurunan pertumbuhan (kontraksi) sebesar 0,698% bila pertumbuhan ekonomi dunia menurun sebesar 1% di tahun 2012. Umi meramalkan, ekspor tahun depan hanya mencapai US$ 210,49 miliar. Angka ini lebih rendah dari target pemerintah yang berkisar US$ 228 miliar hingga US$ 229 miliar. Umi merinci, ekspor nonmigas tahun depan akan sebesar US$ 171,376 miliar dan ekspor migas sebesar US$ 39,114 miliar. “Kami sepakat krisis akan mengena ke sector riil,” katanya, Kamis (22/12). Umi menjelaskan, paling tidak dalam kurun enam bulan ke depan, sektor perdagangan akan menghadapi tekanan dari sisi suplai dan sisi permintaan. Dari sisi suplai, pembiayaan perdagangan (trade finance) akan semakin lesu dan integrasi vertikal antarnegara akan semakin rapuh. Sementara permintaan dari negara-negara maju seperti Eropa, AS dan Jepang akan menurun.
Dalam krisis ini, lanjut Umi, negara-negara Eropa berusaha untuk melindungi industri dalam negeri dan sektor perdagangan dengan berbagai instrumen proteksi seperti anti-dumping,
countervailing duty (anti-subsidi), dan
safeguards. “Ini untuk melindungi industri dalam negerinya yang dianggap menghadapi kompetisi yang tidak adil dari negara pesaing,” tambahnya. Ekonom LIPI Zamroni menambahkan, menurunnya ekspor dan meningkatnya impor otomatis menyebabkan koreksi neraca perdangangan. Dia memperkirakan, surplus perdagangan tahun depan berkurang US$ 3 miliar dibandingkan tahun ini yang mencapai US$ 18 miliar. “Jadi tahun depan surplus perdagangan tinggal US$ 15 miliar,” katanya. Ekonom LIPI lainnya, Wijaya Adi mengatakan, perlambatan ekspor ini harus segera ditangani dengan penguatan ekonomi domestik. Dia mengatakan, selama ini pemerintah cenderung terlalu optimistis karena merasa fundamental perekonomian Indonesia masih baik. Padahal, menurutnya krisis tahun depan tidak bisa dianggap enteng. “Dampaknya akan merembet kemana-mana, selama Eropa tidak bisa bayar,” tambahnya. Dia memprediksikan ada penurunan permintaan produk unggulan Indonesia di pasar dunia, khususnya pasar Amerika Serikat dan Eropa sehingga mempengaruhi kegiatan industri di Indonesia baik industri yang berbasis sumber daya alam maupun industri pengolahan atau manufaktur (direct product). “Makanya kita harus melindungi pasar dalam negeri dan melakukan pengawasan perdagangan internasional,” tandasnya. Berikut prediksi penurunan ekspor Indonesia dengan mitra dagang utama:
Negara | Kontraksi Ekspor |
Eropa | 1,037 |
China | 0,567 |
Jepang | 0,987 |
Amerika Serikat | 1,148 |
Dunia | 0,698 |
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Edy Can