JAKARTA. Dewi Fortuna masih berpihak pada PT Lippo Karawaci Tbk. Di tengah rapor merah banyak perusahaan yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI), Lippo masih mencetak rapor biru. Pendapatan Lippo masih mendaki 33,9%, atau senilai Rp 4,11 triliun pada semester I-2014. Laba periode berjalan perusahaan yang tercatat dengan kode LPKR di BEI ini tercatat Rp 898,21 miliar. Capaian ini tumbuh 27,97% dari semester I-2013. Kinerja positif Lippo tersebut mendapat dukungan dari semua divisi bisnisnya yang berjumlah enam. Divisi yang mencetak pertumbuhan pendapatan tertinggi adalah
large scale integrated development, yang tumbuh 72,15%, menjadi Rp 798,29 miliar.
Potret pertumbuhan lima divisi bisnis lain, adalah
pertama,
retail malls, tumbuh 40,65%. Dalam nominal, tercatat Rp 123,27 miliar.
Kedua, urban development. Divisi ini mendatangkan pendapatan Rp 1,12 triliun, atau mendaki 30,73%.
Ketiga, healthcare. Pada semester I-2014, divisi ini naik 30,47% sehingga mencetak pendapatan Rp 1,57 triliun.
Keempat, property & portfolio management, tumbuh 13,29%. Dalam nominal tercatat Rp 162,48 miliar. Terakhir,
kelima, hospitality and infrastructure. Ini satu-satunya divisi yang tumbuh
single digit yakni 7,06%, atau sebesar Rp 336,63 miliar. Lippo meyakini bisa mengulang kinerja positif di semester II nanti. "Pendapatan semester I kami positif dari property residential juga reccuring income, harapannya semester II pun sama. Di semester II juga masih banyak proyek yang akan kami lanjutkan," ujar
Vice President & Head of Corporate Communications Lippo Danang Kemayan Jati, kepada KONTAN, Senin (11/8). Jika disandingkan dengan proyeksi pendapatan 2014, capaian semester I ini belum separuh dari target. Pasalnya Lippo memproyeksikan pendapatan dan laba sepanjang 2014 masing-masing Rp 11,6 triliun dan Rp 2,68 triliun. Menjual aset Proyeksi itu memasukkan pendapatan dari
extraordinary business, atau penjualan aset berupa mal. Penjualan aset diprediksi mendatangkan pendapatan Rp 3 triliun dan laba 1,25 triliun. Tambahan pemasukan itu adalah buntut mundurnya transaksi jual-beli mal yang seharusnya terjadi pada semester II-2013 tapi beralih di tahun ini. Danang tak menjelaskan detail mal apa yang dimaksud. Namun, sejak tahun lalu santer diberitakan jika Lippo berencana menjual Pejaten Village (Jakarta Selatan) dan Binjai Supermal (Binjai, Sunmatra Utara) kepada First Real Estate Investment Trust (First REIT). Lippo hanya menjual bangunan fisiknya saja tapi tetap menjadi pengelola kedua mal ini. Lippo lantas menyewanya kembali.
Mengintip laporan keuangan per 30 Juni 2014, aksi menjual aset untuk disewa kembali, bukan hal baru bagi Lippo. Perusahaan ini menggunakan skema ini untuk berinvestasi dengan skema
real estate invesment trust (REIT). Sebut saja, aksi Lippo melalui anak perusahaannya, PT East Jakarta Medika, menjual Rumah Sakit Siloam Cikarang kepada PT Graha Pilar Sejahtera pada 31 Desember 2010. First REIT adalah pemilik Graha Pilar. Selanjutnya, pada 10 Oktober 2011 East Jakarta menyewa kembali rumah sakit tersebut selama 15 tahun. Selain First REIT, Lippo juga membenamkan investasi REIT di Lippo Malls Indonesia Retail Trus (LMIR). Tercatat, investasi Lippo pada unit REIT yang terdaftar di Bursa Efek Singapura pada tanggal 30 Juni 2014 dan 31 Desember 2013 masing-masing adalah sebesar SGD 1.185 dan SGD 1.040 untuk unit First REIT dan SGD 0.400 dan SGD 0.415 untuk unit LMIR. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Anastasia Lilin Yuliantina