JAKARTA. Data menunjukkan, bisnis rumah sakit menjadi salah satu penyumbang terbesar bagi pendapatan PT Lippo Karawaci Tbk. Di kuartal pertama tahun ini, lini bisnis tersebut memberikan kontribusi 30% terhadap total pendapatan perusahaan. Tak heran, Lippo Karawaci kian getol menggarap bisnis rumah sakit. Bahkan, perusahaan berkode saham LPKR ini mengalokasikan mayoritas belanja modal tahun ini untuk ekspansi rumah sakit. Sebagai catatan, perusahaan menganggarkan belanja modal alias
capital expenditure (capex) sebesar US$ 400 juta di tahun ini, Sekitar 37,5% atau US$ 150 juta dipersiapkan untuk investasi membangun rumah sakit.
Nah, baru-baru ini, beredar kabar Lippo Karawaci berniat menjual sekitar 20% sahamnya di Siloam, sebagai modal untuk pengembangan bisnis rumah sakit. Nilai jual saham tersebut diperkirakan berkisar US$ 200 juta-US$ 300 juta. Seperti dikutip dari Reuters, penawaran saham tersebut bahkan sudah dijadwalkan pada 16 Juli mendatang. Lippo Karawaci pun telah menyewa Bank of Amerika Merrill Lynch untuk melelang saham tersebut. Dana hasil penjualan saham itu akan digunakan untuk mengembangkan bisnis rumah sakit, seiring meningkatnya belanja kesehatan di Indonesia. Bahkan, Lippo Karawaci dikabarkan mungkin saja memperbesar porsi saham yang ditawarkan. "Perusahaan bisa saja melepas 49% saham Siloam asalkan nilai penawarannya mencapai US$ 1 miliar," ujar seorang sumber yang dikutip Reuters, Senin (9/7). Beberapa perusahaan dikabarkan berminat membeli saham tersebut, seperti Bain Capital, Blackstone, dan KKR. Tak hanya itu, perusahaan investasi Carlyle Group and TPG Capital yang berafiliasi dengan Northstar juga membidik saham Siloam tersebut. Namun, Vice President Head of Corporate Communication Lippo Karawaci, Danang Kemayan Jati menampik kabar itu. "LPKR tidak berniat menjual saham Siloam," tegasnya, Senin (9/7). Target 25 Rumah Sakit Meski begitu, menurut Danang, pihaknya memang akan terus menambah rumah sakit. Pasalnya, peluang bisnis rumah sakit sangat besar. Katanya, dalam waktu dua hingga tiga tahun ke depan, Lippo Karawaci berambisi mengoperasikan 25 unit Siloam Hospitals. Sampai dengan saat ini, Lippo Karawaci sudah memiliki sembilan Siloam Hospitals yang berlokasi di Jakarta, Tangerang, Bekasi, Surabaya, Palembang, Jambi, Balikpapan, dan Manado. "Dalam waktu dekat, kami akan launching rumah sakit (RS) Siloam Sriwijaya Palembang, Sumatera Selatan," ujar Danang. Siloam di Palembang ini akan menjadi rumah sakit yang ke-10. Sebelumnya, perusahaan baru saja membuka Siloam Hospitals Manado, Sulawesi Utara berkapasitas 290 tempat tidur. Lippo Karawaci menghabiskan sekitar US$ 40 juta untuk membangun rumah sakit ini. Kata Danang, rata-rata biaya invetasi pembangunan rumah sakit sekitar US$ 50 juta. Dia menyebutkan, setelah Siloam Sriwijaya Palembang, pihaknya berencana membuka Siloam di Bali, Makassar, Sulawesi Selatan, dan di Jalan TB Simatupang, di Jakarta Selatan. Founder Lippo Group, Dr Mochtar Riady, dalam rilis yang dikeluarkan perseroan mengungkapkan, nantinya di semua provinsi akan dibangun Siloam. "Bahkan tahun depan ada target, setiap bulan kami akan membuka satu rumah sakit,” katanya. Sebagai gambaran, pengeluaran untuk kesehatan masyarakat Indonesia hanya sekitar 2,8% dari total pertumbuhan produk bruto (PDB) 2011. Angka ini termasuk yang terkecil di dunia.
Kendati demikian, jumlah warga kelas menengah yang terus meningkat di Indonesia mendorong belanja kesehatan juga semakin besar. Atas dasar ini, industri kesehatan bakal terus bertumbuh. Tahun ini, Lippo Karawaci membidik pendapatan sebesar Rp 6 triliun. Dari target tersebut sebesar 50% diproyeksikan berasal dari pendapatan berulang (
recurring income), salah satu yang terbesar dari bisnis rumah sakit. Tahun lalu, Lippo Karawaci membukukan pendapatan sebesar Rp 4,19 triliun, naik 34% dibandingkan realisasi pendapatan 2010. Pendapatan berulang tersebut menyumbang 51% dari total pendapatan, yaitu Rp 2,15 triliun. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Dupla Kartini