JAKARTA. Upaya PT Lippo Karawaci Tbk melalui unit bisnisnya, Lippo Homes mengembangkan sayap ekspansi ke luar pulau Jawa mulai membuahkan hasil. Proyek teranyar perusahaan yakni superblok St Moritz di kawasan Panakukang, Makassar, Sulawesi Selatan mengalami kelebihan permintaan 110% sejak penjualan mulai dibuka akhir 2013.Di tahap pertama, Lippo baru memasarkan menara apartemen pertama dari tiga menara apartemen yang ada di St Moritz Makassar. Jumlah unit yang ditawarkan sebanyak 286 unit dengan harga jual Rp 600 juta-Rp 700 juta per unit.Ivan Setiawan Budiono, Chief Executive Officer (CEO) Lippo Homes menjelaskan, profil pembeli apartemen St Moritz Makassar didominasi oleh warga Makassar sendiri sebanyak 70%. Sisanya adalah pebisnis dari Indonesia timur seperti Manado, Ambon, dan Papua.Umumnya, bisnis mereka bergerak di bidang ekspor perikanan, kopi, dan cengkeh. "Kami membidik pebisnis yang biasanya menginap di hotel untuk urusan bisnisnya," ujar Ivan ketika dihubungi KONTAN, Kamis (9/1).Melihat tingginya animo pembeli, Lippo berniat merilis menara apartemen kedua dan ketiga di St Moritz Makassar masing-masing pertengahan 2014 dan awal 2015. Ivan mengaku tidak khawatir pemilihan umum (pemilu) yang berlangsung tahun ini akan membawa dampak buruk terhadap penjualan. "Pada saat pemilu justru banyak uang mengalir ke daerah," ujar dia.Menurut prediksi Ivan, harga jual St Moritz Makassar bisa terangkat 15%-20% per tahun berkat masih minimnya pasokan apartemen yang terintegrasi dengan fasilitas komersial di kota itu.Asal tahu saja, selain apartemen, St Moritz Makassar juga mencakup hotel sebanyak 210 kamar, mal seluas 227.000 meter persegi (m2), Siloam Hospital, Sekolah Pelita Harapan, bioskop sebanyak sepuluh layar, pusat kuliner dan hiburan, dan lain-lain. Keseluruhan proyek berdiri di atas lahan seluas 2,7 hektare (ha).Lippo menjadwalkan pembangunan superblok dengan nilai investasi Rp 3,5 triliun itu dilakukan awal 2014 sampai dengan empat tahun mendatang. Semula, peletakan batu pertama ditargetkan di akhir 2013. Namun Ivan beralasan proses perizinan dan pematangan lahan belum rampung hingga kini.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Lippo mulai pasarkan St Moritz Makassar
JAKARTA. Upaya PT Lippo Karawaci Tbk melalui unit bisnisnya, Lippo Homes mengembangkan sayap ekspansi ke luar pulau Jawa mulai membuahkan hasil. Proyek teranyar perusahaan yakni superblok St Moritz di kawasan Panakukang, Makassar, Sulawesi Selatan mengalami kelebihan permintaan 110% sejak penjualan mulai dibuka akhir 2013.Di tahap pertama, Lippo baru memasarkan menara apartemen pertama dari tiga menara apartemen yang ada di St Moritz Makassar. Jumlah unit yang ditawarkan sebanyak 286 unit dengan harga jual Rp 600 juta-Rp 700 juta per unit.Ivan Setiawan Budiono, Chief Executive Officer (CEO) Lippo Homes menjelaskan, profil pembeli apartemen St Moritz Makassar didominasi oleh warga Makassar sendiri sebanyak 70%. Sisanya adalah pebisnis dari Indonesia timur seperti Manado, Ambon, dan Papua.Umumnya, bisnis mereka bergerak di bidang ekspor perikanan, kopi, dan cengkeh. "Kami membidik pebisnis yang biasanya menginap di hotel untuk urusan bisnisnya," ujar Ivan ketika dihubungi KONTAN, Kamis (9/1).Melihat tingginya animo pembeli, Lippo berniat merilis menara apartemen kedua dan ketiga di St Moritz Makassar masing-masing pertengahan 2014 dan awal 2015. Ivan mengaku tidak khawatir pemilihan umum (pemilu) yang berlangsung tahun ini akan membawa dampak buruk terhadap penjualan. "Pada saat pemilu justru banyak uang mengalir ke daerah," ujar dia.Menurut prediksi Ivan, harga jual St Moritz Makassar bisa terangkat 15%-20% per tahun berkat masih minimnya pasokan apartemen yang terintegrasi dengan fasilitas komersial di kota itu.Asal tahu saja, selain apartemen, St Moritz Makassar juga mencakup hotel sebanyak 210 kamar, mal seluas 227.000 meter persegi (m2), Siloam Hospital, Sekolah Pelita Harapan, bioskop sebanyak sepuluh layar, pusat kuliner dan hiburan, dan lain-lain. Keseluruhan proyek berdiri di atas lahan seluas 2,7 hektare (ha).Lippo menjadwalkan pembangunan superblok dengan nilai investasi Rp 3,5 triliun itu dilakukan awal 2014 sampai dengan empat tahun mendatang. Semula, peletakan batu pertama ditargetkan di akhir 2013. Namun Ivan beralasan proses perizinan dan pematangan lahan belum rampung hingga kini.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News