Lippo Targetkan Kemang Village Rampung Tahun Depan



JAKARTA. Dampak krisis terhadap PT Lippo Karawaci Tbk (LPKR) terlihat dari penundaan proyek mal tahun ini. Tadinya, Lippo Karawaci berniat membangun lima mal lebih tahun ini. Mal-mal ini tersebar di Semarang, Jakarta, Surabaya, dan Medan. Dari kelima mal ini, yang masih berjalan adalah proyek pembangunan mal Kemang Village dan The St Moritz di Jakarta.Menurut Direktur Lippo, Andreas Kartawinata, Kemang Village memiliki total luas lahan sebesar 12 hektare (ha). Di atas lokasi ini nantinya akan dibangun apartemen, kantor, hotel, serta mal seluas 50.000 meter persegi (m2). Sementara The St Moritz akan dibangun di atas lahan seluas 11 ha. Serupa dengan Kemang Village, The St Moritz juga merupakan superblok yang akan menghadirkan apartemen, kantor, hotel, rumah sakit, sekolah, dan mal.Mal di The St Moritz ini rencananya akan menjadi mal terbesar yang dimiliki oleh Lippo Karawaci. Kedua mal ini akan menjadi mal yang menyasar kalangan atas. Meski begitu, Andreas memandang mengundang tenan premium masih lebih prospektif ketimbang super premium.Di kedua mal ini, beberapa anchor tenant alias tenan besar sudah menyatakan minatnya untuk bergabung. Tenan besar ini antara lain Matahari Department Store, Gramedia, gerai milik PT Mitra Adi Perkasa Tbk, dan gerai milik PT Trans Mahagaya. "Kami menargetkan Kemang Village bisa beroperasi pada tahun 2010 akhir," ujar Andreas kepada KONTAN, Senin (11/8). Sementara The St Moritz ditargetkan beroperasi tahun 2013.Meski krisis, namun Andreas tetap optimis kinerja perusahaan masih bisa tumbuh. Salah satunya dengan menaikkan harga sewa ruang ritel seiring dengan kenaikan inflasi. Saat ini harga sewa ruang ritel mal Lippo Karawaci untuk gerai specialties ruang kecil berkisar antara Rp 200.000-Rp 700.000 per m2 per bulan. Sementara untuk gerai besar macam toko buku atau perkakas, harga sewanya bisa lebih murah, mulai dari Rp 100.000 per m2 per bulan. Harga sewa ini sudah mengalami kenaikan 6%-7% dari harga sewa tahun lalu.Selain itu, Lippo Karawaci juga akan menerapkan sistem leasing pada seluruh ruang ritelnya. Menurut Andreas, sistem ini memiliki keunggulan ketimbang sistem strata title. Memang, dalam strata title, alias kepemilikan tenan, pengembang akan menerima uang dalam jumlah yang besar di awal. Sementara pada leasing, uang ini dicicil setiap periode tertentu. "Namun kalau leasing, pengembang bisa menyeragamkan dagangan pada bagian-bagian tertentu di dalam mal itu," terang Andreas.Dengan melihat tenan yang menggelar dagangan secara teratur, jelas ini akan menambah kenyamanan bagi pengunjung. Ia memandang, ini merupakan salah strategi Lippo Karawaci untuk bertahan di tengah persaingan industri mal yang kian ketat. Lippo Karawaci juga membundel sistem penyewaan ruang ritelnya. Misalnya, satu tenan bisa memiliki kontrak sewa di 3 hingga 5 mal di Lippo Karawaci. Dengan sederet strategi ini, Lippo Karawaci masih optimis bisa membukukan pertumbuhan pendapatan sebesar 10%-15% dari pendapatan tahun lalu yang sebesar Rp 2,5 triliun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Editor: Hendra Gunawan