KONTAN.CO.ID - Bursa penukaran mata uang virtual dengan teknologi agregasi likuiditas yang berbasis di Singapura, Liqnet telah memperluas bisnisnya ke Indonesia. Ekspansi ini dilakukan untuk memberikan masyarakat Indonesia pilihan dalam melakukan penukaran mata uang virtual, melalui teknologi dan mekanisme termutakhir yang dimiliki Liqnet. Dengan banyaknya bursa penukaran mata uang virtual saat ini, Liqnet menawarkan alternatif bursa yang menggunakan mekanisme LEN (Liquidity Exchange Network) atau jaringan penukaran likuiditas. Roman Shirokov, Pendiri dan CEO Liqnet menjelaskan, mekanisme LEN ini mengumpulkan likuiditas dari berbagai platform penukaran mata uang virtual menjadi satu antarmuka, sehingga memungkinkan pengguna melakukan transaksi pada harga terbaik dan spread minimum. “Kami meyakini bahwa hal ini menjadikan Liqnet berbeda dari bursa penukaran lain yang telah ada,” kata dia dalam keterangannya, Rabu (16/1/2019) Menurut Blockchain Transparency Institute (BTI), lebih dari 80% volume transaksi yang terdapat di bursa penukaran mata uang virtual adalah volume palsu. Selain menyebabkan kekhawatiran mengenai transparansi dan praktik bisnis bursa-bursa penukaran yang ada saat ini, hal ini menggarisbawahi masalah mendasar yaitu rendahnya likuiditas di kala tren pasar mengalami penurunan (bear market). Di pasar mata uang virtual yang seringkali mengalami pergerakan pasar tiba-tiba ini, likuiditas rendah menyebabkan trader tidak dapat membeli atau menjual mata uang virtual dalam jumlah besar dan kehilangan kesempatan memperoleh profit atau bahkan kehilangan uang. Seorang trader yang ingin menjual mata uang virtual dalam jumlah besar, akan menghadapi masalah jika melakukannya tanpa menjatuhkan harga. Teknologi pengumpulan likuiditas Liqnet dapat menjadi solusi masalah yang telah mengganggu pasar selama beberapa waktu ini. Roman mengungkapkan bahwa tidak tepat menyebut Liqnet sebagai sebuah bursa, namun sebagai pengumpul bursa. “Hal ini karena Liqnet menggunakan Application Program Interface (API) publik milik bursa mata uang virtual lain untuk menggabungkan berbagai tawaran pembelian dan penjualan dalam satu platform. Menurut Roman, ini mengizinkan pengguna memperoleh manfaat penukaran pada beberapa bursa, menghilangkan masalah yang dialami trader seperti slippage (perbedaan antara harga ekspektasi penukaran dengan harga sebenarnya). “Liqnet tidak berusaha mengganti bursa-bursa penukaran yang sudah ada, namun memperbaiki dan memudahkan pengalaman pengguna dalam bertransaksi, melalui terminal penukaran kami serta memberikan lebih banyak pilihan untuk pengguna, disertai harga yang lebih baik,” ujar Roman. Roman melanjutkan, Liqnet menawarkan instrumen penukaran yang tidak terdapat di bursa penukaran lain, seperti pengambilan keuntungan, trailing stop, pesanan Iceberg (pesanan besar tunggal yang dibagi menjadi pesanan-pesanan yang lebih kecil), pesanan IFD, OCO, IFDOCO dan lain-lain. Adapun salah satu isu yang hangat dibicarakan mengenai mata uang virtual adalah masalah keamanan. Tahun 2018 sendiri merupakan tahun terburuk bagi bursa penukaran terkait keamanan transaksi dan pencurian uang virtual. Oleh karena itu, Liqnet dikembangkan dengan memperhatikan aspek keamanan platformnya. Roman menjelaskan, lebih jauh bahwa untuk bagian server, Liqnet menggunakan sistem cloud privat yang terdistribusi berbasis lokasi, sementara bagian klien terdiri dari sebuah terminal web.
Liqnet tawarkan alternatif bursa penukaran uang virtual
KONTAN.CO.ID - Bursa penukaran mata uang virtual dengan teknologi agregasi likuiditas yang berbasis di Singapura, Liqnet telah memperluas bisnisnya ke Indonesia. Ekspansi ini dilakukan untuk memberikan masyarakat Indonesia pilihan dalam melakukan penukaran mata uang virtual, melalui teknologi dan mekanisme termutakhir yang dimiliki Liqnet. Dengan banyaknya bursa penukaran mata uang virtual saat ini, Liqnet menawarkan alternatif bursa yang menggunakan mekanisme LEN (Liquidity Exchange Network) atau jaringan penukaran likuiditas. Roman Shirokov, Pendiri dan CEO Liqnet menjelaskan, mekanisme LEN ini mengumpulkan likuiditas dari berbagai platform penukaran mata uang virtual menjadi satu antarmuka, sehingga memungkinkan pengguna melakukan transaksi pada harga terbaik dan spread minimum. “Kami meyakini bahwa hal ini menjadikan Liqnet berbeda dari bursa penukaran lain yang telah ada,” kata dia dalam keterangannya, Rabu (16/1/2019) Menurut Blockchain Transparency Institute (BTI), lebih dari 80% volume transaksi yang terdapat di bursa penukaran mata uang virtual adalah volume palsu. Selain menyebabkan kekhawatiran mengenai transparansi dan praktik bisnis bursa-bursa penukaran yang ada saat ini, hal ini menggarisbawahi masalah mendasar yaitu rendahnya likuiditas di kala tren pasar mengalami penurunan (bear market). Di pasar mata uang virtual yang seringkali mengalami pergerakan pasar tiba-tiba ini, likuiditas rendah menyebabkan trader tidak dapat membeli atau menjual mata uang virtual dalam jumlah besar dan kehilangan kesempatan memperoleh profit atau bahkan kehilangan uang. Seorang trader yang ingin menjual mata uang virtual dalam jumlah besar, akan menghadapi masalah jika melakukannya tanpa menjatuhkan harga. Teknologi pengumpulan likuiditas Liqnet dapat menjadi solusi masalah yang telah mengganggu pasar selama beberapa waktu ini. Roman mengungkapkan bahwa tidak tepat menyebut Liqnet sebagai sebuah bursa, namun sebagai pengumpul bursa. “Hal ini karena Liqnet menggunakan Application Program Interface (API) publik milik bursa mata uang virtual lain untuk menggabungkan berbagai tawaran pembelian dan penjualan dalam satu platform. Menurut Roman, ini mengizinkan pengguna memperoleh manfaat penukaran pada beberapa bursa, menghilangkan masalah yang dialami trader seperti slippage (perbedaan antara harga ekspektasi penukaran dengan harga sebenarnya). “Liqnet tidak berusaha mengganti bursa-bursa penukaran yang sudah ada, namun memperbaiki dan memudahkan pengalaman pengguna dalam bertransaksi, melalui terminal penukaran kami serta memberikan lebih banyak pilihan untuk pengguna, disertai harga yang lebih baik,” ujar Roman. Roman melanjutkan, Liqnet menawarkan instrumen penukaran yang tidak terdapat di bursa penukaran lain, seperti pengambilan keuntungan, trailing stop, pesanan Iceberg (pesanan besar tunggal yang dibagi menjadi pesanan-pesanan yang lebih kecil), pesanan IFD, OCO, IFDOCO dan lain-lain. Adapun salah satu isu yang hangat dibicarakan mengenai mata uang virtual adalah masalah keamanan. Tahun 2018 sendiri merupakan tahun terburuk bagi bursa penukaran terkait keamanan transaksi dan pencurian uang virtual. Oleh karena itu, Liqnet dikembangkan dengan memperhatikan aspek keamanan platformnya. Roman menjelaskan, lebih jauh bahwa untuk bagian server, Liqnet menggunakan sistem cloud privat yang terdistribusi berbasis lokasi, sementara bagian klien terdiri dari sebuah terminal web.