KONTAN.CO.ID - ISTANBUL. Data ekonomi Turki menunjukkan perekonomian negara tersebut tengah
booming. Namun, pasar finansial menunjukkan hal yang sebaliknya di mana ekonomi Turki berada di ujung tanduk. Asal tahu saja, lira, mata uang nasional Turki kembali jatuh selang satu hari setelah bank sentral nasional menaikkan suku bunga utamanya. Meski lira sempat menguat pasca kenaikan suku bunga, namun penguatannya tak berlangsung lama. Hal itu menunjukkan ketidakpastian pasar yang berlaku. Pada Kamis (24/5) lalu, lira keok lagi sebesar 2% terhadap dollar AS dan euro dan keok 20% sepanjang tahun ini ke rekor terlemah. Padahal, bank sentral sudah menaikkan suku bunga acuannya menjadi 16,5% dari sebelumnya 13,5%.
Investor ramai-ramai melepas lira seiring kecemasan mereka terkait kebijakan moneter. Terutama setelah Presiden Turki Tayyip Erdogan, tokoh yang digambarkan sebagai musuh suku bunga, mengatakan pada pekan lalu bahwa dirinya akan menerapkan kontrol lebih besar atas kebijakan keuangan setelah pemilihan umum pada 24 Juni mendatang. Pernyataannya tersebut kian memperdalam kekhawatiran market tentang kemampuan bank sentral untuk memangkas inflasi yang kini sudah mencapai dua digit. Erdogan bersikeras, volatilitas lira tidak merefleksikan realitas ekonomi. Dia bahkan mengingatkan bahwa dirinya tidak akan membiarkan tipe pemerintahan global merusak negara tersebut. Dia menyerukan kepada warga Turki untuk tidak memilih mata uang asing ketimbang lira dan mengatakan pihak berwenang "pasti akan mengambil langkah-langkah untuk menurunkan inflasi dan defisit akun berjalan dengan cara yang sangat berbeda setelah pemilihan." Terakhir kali bank sentral menaikkan suku bunga pada pertemuan darurat adalah pada Januari 2014 dalam upaya untuk menghentikan aksi jual serupa. Sebaliknya, Erdogan menginginkan biaya pinjaman yang lebih rendah untuk mendorong ekspansi ekonomi saat ia memasuki pemilihan parlemen dan presiden bulan depan.
Sebelumnya, lembaga pemeringkat internasional Fitch ratings mengungkapkan kecemasannya mengenai independensi bank sentral terkait pernyataan Erdogan. Menurut Fitch, pernyataan Erdogan pada pekan lalu bahwa ia berencana untuk memiliki suara yang lebih besar dalam kebijakan moneter jika ia memenangkan pemilihan Juni meningkatkan kemungkinan kebijakan ekonomi negara tersebut menjadi lebih tak terduga setelah pemungutan suara. Rapat kebijakan moneter bank sentral Turki berikutnya akan berlangsung pada 7 Juni mendatang. Namun, para ekonom mengimbau bank sentral untuk menggelar rapat darurat sebelum tanggal tersebut agar bisa mengimplementasikan kenaikan suku bunga tajam sebelum hal itu terlambat sehingga tidak memiliki efek apa pun. Fitch, seperti lembaga pemeringkat global lainnya, saat ini menilai utang Turki masuk ke dalam status sampah alias
junk. Fitch memperingatkan bahwa terjadinya erosi independensi bank sentral akan menempatkan "tekanan lebih lanjut pada profil kredit utang luar negeri Turki."
Editor: Barratut Taqiyyah Rafie