KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Mayoritas emiten konsumer mencatatkan kinerja yang manis hingga kuartal III-2024. Meski ada deflasi pada periode tersebut, sejumlah perusahaan konsumer berhasil mencatatkan pertumbuhan laba yang positif. PT Indofood Sukses Makmur Tbk (
INDF) melaporkan kenaikan laba sebesar 23,69%, sementara laba PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (
ICBP) tumbuh 15,43%. PT Cisarua Mountain Dairy Tbk (
CMRY) juga menunjukkan pertumbuhan dengan kenaikan laba sebesar 19,57%. Di sisi lain, PT Mayora Indah Tbk (
MYOR) mengalami penurunan laba sebesar 0,52%.
Researcher Kiwoom Sekuritas Indonesia, Abdul Azis Setyo Wibowo mengatakan kenaikan pada sisi volume penjualan menjadi faktor pendorong kinerja laba pada emiten konsumer. "Walaupun terjadi deflasi, naiknya volume penjualan menandakan masih terjaganya daya beli," kata Azis kepada Kontan, Rabu (6/11). Azis melihat, emiten konsumer secara prospek masih berpotensi positif mengingat adanya momentum Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) yang diharapkan dapat meningkatkan lagi daya beli masyarakat. Azis merekomendasikan untuk
buy ICBP dengan target harga Rp 14.900 per saham dan
trading buy CMRY di target harga Rp 5.950 per saham.
Sementara itu, Praktisi Pasar Modal &
Founder Warkop Saham, Raden Bagus Bima menjelaskan emiten konsumer banyak yang berfokus pada efisiensi operasional, seperti pengendalian biaya produksi dan distribusi. Ini membantu perusahaan mempertahankan atau meningkatkan margin meskipun terjadi deflasi.
Emiten seperti ICBP dan MYOR memiliki pangsa pasar internasional yang kuat, sehingga ketika permintaan global meningkat, maka perusahaan dapat memperoleh keuntungan dari segmen ini dan mengimbangi potensi penurunan di pasar domestik. "Penurunan harga bahan baku juga menguntungkan beberapa perusahaan konsumer, sehingga membantu meningkatkan margin laba," ujar Raden kepada Kontan, Rabu (6/11). Raden juga melihat beberapa saham emiten konsumer sudah mencerminkan kinerja keuangannya, terutama bagi emiten dengan pertumbuhan laba signifikan seperti INDF, ICBP, dan CMRY. Umumnya, investor akan merespons laporan keuangan positif dengan aksi beli yang mendorong harga saham naik. Namun, terdapat beberapa emiten seperti MYOR yang mencatatkan sedikit penurunan laba, sehingga pergerakan sahamnya mungkin tidak sekuat emiten lainnya. "Hal ini menunjukkan bahwa investor masih selektif dalam mengapresiasi saham yang menunjukkan pertumbuhan solid," terangnya. Menurutnya, investor dapat mempertimbangkan untuk tetap memegang saham seperti INDF, ICBP, dan CMRY yang menunjukkan pertumbuhan laba positif dan potensi kinerja baik hingga akhir tahun. Untuk saham MYOR, investor sebaiknya menunggu adanya katalis positif, seperti perbaikan margin atau kenaikan permintaan ekspor, sebelum melakukan pembelian. "Mengingat adanya volatilitas pasar, pantau sentimen ekonomi serta volume
trading pada saham-saham konsumer terutama jelang akhir tahun," tuturnya.
Emiten konsumer juga masih prospektif lantaran tradisi konsumsi masyarakat yang meningkat menjelang liburan akhir tahun, terutama pada produk makanan dan minuman. Adanya stimulus atau kebijakan ekonomi dari pemerintah juga dapat meningkatkan daya beli masyarakat, sehingga memberikan keuntungan tambahan bagi sektor konsumer. "Jika nilai tukar rupiah terhadap dolar stabil atau menguat, ini juga bisa membantu emiten dengan bahan baku impor, menurunkan biaya produksi mereka. Inflasi yang terkendali memungkinkan masyarakat tetap memiliki daya beli yang baik untuk produk konsumsi," ucapnya. Raden merekomendasikan untuk
buy on weakness saham INDF di harga Rp 7.500. Selain itu, ia juga merekomendasikan untuk
buy saham ICBP pada target harga di area Rp 12.000-Rp 12.150 dengan target penguatan ke area
all time high Rp 14.000-Rp 14.500. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Anna Suci Perwitasari