Listrik dan UMP naik, inflasi terkerek 0,5%



JAKARTA. Kita baru saja melangkah ke tahun 2013. Tapi, inflasi yang bakal berlari cukup kencang sudah menghantui tahun ular. Soalnya, mulai 1 Januari 2013 lalu tarif listrik naik secara bertahap sebesar 5% dari total kenaikan 15% sepanjang tahun ini.

Pemecut inflasi lainnya adalah kenaikan gaji pegawai negeri sipil (PNS), anggota TNI, dan Polri, serta upah minimum provinsi (UMP). Sejumlah ekonom memperkirakan, kenaikan tarif setrum dan upah bakal mendorong inflasi tahun ini 0,2% - 0,5%.

Menurut Latif Adam, ekonom Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), selain kenaikan tarif listrik dan upah, ada faktor lain yang menjadi pendorong inflasi. "Tekanan nilai tukar rupiah bisa berdampak kepada imported inflation," katanya kepada KONTAN, Selasa (1/1).Dalam hitungan Latif, kenaikan tarif listrik sebesar 15% bakal mendongkrak inflasi sebesar 0,2% hingga 0,3%. Dengan begitu, ia memproyeksikan, inflasi tahun ini akan bertengger di 6,68%.


Destry Damayanti, Kepala Ekonom Bank Mandiri, meramalkan angka inflasi tahun ini akan ada di level 5,4% atau 0,5% lebih tinggi dari target inflasi yang pemerintah patok di Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang hanya 4,9%. "Kenaikan tarif listrik dan UMP berkontribusi terhadap inflasi tahun ini," ujarnya. Dia menambahkan, kenaikan tarif listrik sebesar 15% dan UMP rata-rata 20% berdampak pada laju inflasi di 2013 sebesar 0,5%.

Adapun proyeksi Enny Sri Hartati, Direktur Eksekutif Indef, menyebutkan, kontribusi kenaikan tarif listrik menyumbang inflasi sebesar 0,5%. Efeknya terbilang masih kecil lantaran biaya listrik cuma berkontribusi 10% atas ongkos produksi.Hanya, Enny mengatakan, proyeksinya itu belum memperhitungkan ekspektasi yang berlebihan dari masyarakat atas kenaikan tarif listrik. Itu sebabnya, "Inflasi akibat kenaikan tarif listrik tidak sampai 0,5%," kata Enny.

Inflasi tahun ini bakal terbang bebas kalau pemerintah mengerek harga BBM bersubsidi atau membatasi konsumsi premium mobil pribadi.Toh, dampak kenaikan tarif listrik dan UMP ternyata memberikan dorongan yang cukup kuat terhadap laju inflasi selama Desember 2012 lalu. Lana Soelistyaningsih, ekonom Samuel Sekuritas memperkirakan, dorongan inflasi berasal dari langkah antisipatif para pengusaha yang sudah menaikkan harga barang. Alhasil, inflasi pada bulan terakhir di 2012 mencapai 0,45%. "Memang agak ketinggian tapi secara tahunan masih di kisaran 4,19%," ujarnya. Selain ekspektasi kenaikan tarif listrik dan UMP, tambah Lana, angka inflasi Desember yang lumyan tinggi tersebut juga disumbang faktor musiman, yaitu perayaan Natal dan Tahun Baru.

BI rate tetapDavid E. Sumual, ekonom BCA membuat perkiraan yang lebih rendah soal inflasi sepanjang Desember 2012. "Inflasi di Desember hanya akan berada di level 0,3% atau sampai akhir tahun lalu mendekati level 4%," ungkapnya.Angka inflasi 0,3% itu penyebab utamanya adalah efek musiman Natal dan Tahun Baru. Sedang kenaikan tarif listrik dan upah buruh belum terlalu memberikan sumbangan yang cukup berarti terhadap inflasi Desember.

Walhasil, David memperkirakan, Bank Indonesia (BI) kemungkinan besar menahan suku bunga Fasilitas BI (Fasbi) dan suku bunga acuan alias BI rate masing-masing di level 4% dan 5,75%. "Ke depan, kenaikan Fasbi bisa saja, apalagi ada kenaikan tarif listrik dan UMP, serta pembatasan konsumsi BBM bersubsidi," proyeksi dia. Untuk BI rate, David bilang, tergantung tekanan neraca transaksi berjalan. Bila tekanannya kuat, boleh jadi BI rate naik.

Rencananya, Rabu (2/1) ini, Badan Pusat Statistik mengumumkan inflasi selama Desember 2012 lalu. Sebelumnya, Kepala BPS Suryamin, menyatakan, inflasi sepanjang bulan lalu akan sangat dipengaruhi oleh tingginya permintaan masyarakat ketika Natal dan Tahun Baru.          n

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Dadan M. Ramdan