Listrik di di sebagian Jawa mati, permintaan energy storage System Baran Energy naik



KONTAN.CO.ID -JAKARTA. Peristiwa mati listrik yang cukup lama di sejumlah daerah di Pulau Jawa, seperti di Jakarta, Banten, Jawa Barat, serta Jawa Tengah mulai dari Minggu (4/8/2019) siang, hingga Senin (5/8/2019) sore cukup membuat masyarakat resah.

Namun demikian, peristiwa mati listrik itu malah membuat untung Baran Energy yang mendapatkan produksi energy storage system (baterai penyimpai energi skala besar) meningkat drastis. Alhasil, permintaan teknologi ramah lingkungan ini langsung meningkat drastis.

Baca Juga: Setelah di Jakarta, Baran Energy akan kenalkan Powerwall Rp 1 ke masyarakat Bandung


PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) atau PLN menjelaskan penyebab pemadaman listrik karena ada gangguan pada sisi transmisi Ungaran dan Pemalang 500 kV. Hal ini mengakibatkan transfer energi dari timur ke barat mengalami kegagalan.

Akibatnya, seluruh pembangkit di sisi tengah dan barat Jawa mengalami gangguan (trip). Aliran listrik kemudian padam di wilayah Jabodetabek, sebagian Jawa Barat dan Jawa Tengah.

Victor Wirawan, Founder dan CEO Baran Energy mengatakan, peristiwa mati lampu yang cukup lama tersebut, semestinya tidak perlu terjadi, jika masyarakat mulai beralih menggunakan energi alterlatif, berupa energi baru dan terbarukan (EBT).

“Solusinya, kita harus mencari energi alternatif. Kebetulan saat ini, kami telah menyediakan baterai listrik yang bisa menampung energi yang dihasilkan dari sinar matahari. Selain bisa digunakan untuk pemakaian sehari – hari, teknologi ini juga bisa dimanfaatkan sebagai back up, jika suatu saat terjadi mati lampu,” tutur Victor dalam siaran pers, Senin (5/8).

Kualitas Udara Membaik

Penggunaan energi alternatif, berupa EBT, juga diharapkan bisa mengurangi polusi udara yang saat ini, kondisinya kian memprihatinkan. Seperti diketahui, kualitas udara Jakarta cukup buruk, namun semakin membaik pada Senin pagi setelah listrik mati berlangsung. Pada Minggu pagi, AirVisual masih mencatat Jakarta menduduki peringkat kedua kota dengan kualitas udara terburuk di dunia.

AirVisual memberi angka 106 untuk kualitas pada jam tersebut. Angka tersebut semakin mendekati kualitas udara moderat atau aman tanpa menggunakan masker.

Baca Juga: Bantu pengembangan EBT, Baran Energy meluncurkan tiga produk baterai skala jumbo

Berkurangnya aktivitas benda penghasil polusi seperti kendaraan bermotor dan aktivitas pabrik diperkirakan menjadi penyumbang terbesar membaiknya kualitas tersebut. “Oleh karena itu, sudah saatnya kita mulai beralih menggunakan energi yang ramah lingkungan. Kami anak – anak milenial bersama Baran Energy siap membantu pemerintah,” tutur Victor.

Saat ini, Victor, yang memimpin pengembangan baterai ini bersama putuhan anak-anak negeri yang berbakat lainnya saat ini sedang mengembangkan tiga varian produk teknologi energi yang tergolong ramah lingkungan, yaitu PowerWall berkapasitas 8.8 KWh, PowerPack 126 Mb, dan PowerCube 1.2 MWh. Ketiga perangkat ini dapat digunakan, mulai dari rumah tinggal, pabrik, real estate, perkebunan, pertambangan, hingga industri sekala besar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Azis Husaini