Listrik geothermal dominasi proyek 10.000 MW kedua



JAKARTA. Pembangunan pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP) mendominasi proyek pembangkit listrik 10.000 megawatt (MW) tahap II. Porsi pembangkit listrik tenaga panas bumi mencapai 4.906 MW, dengan nilai investasi sekitar US$ 25 miliar.

Seperti diketahui, proyek pembangkit listrik 10.000 MW tahap I didominasi proyek pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) dengan bahan bakar  batubara dan bahan bakar minyak (BBM). Selain bisa habis, harga batubara dan BBM cenderung naik.

Untuk mengurangi penggunaan batubara dan BBM dan agar tidak tergantung pada  bahan bakar tersebut, pemerintah terus mengembangkan  pembangkit dengan energi baru dan terbarukan.


Kepala Divisi Energi Terbarukan PT Perusahaan Listrik Negara (PLN), Mohammad Sofyan menjelaskan, proyek pembangkit listrik 10.000 MW tahap II akan menjamin pasokan listrik nasional. "Pembangkit tersebut akan berasal dari tenaga panas bumi, air, angin dan cahaya matahari," katanya, Kamis (10/1).

Selain itu, Sofyan menjamin proyek pembangkit listrik 10.000 MW tahap II akan lebih ramah lingkungan daripada tahap 1. "Proyek tahap II   sendiri direalisasikan berangkat dari adanya upaya pengurangan emission factor yang dihasilkan dari limbah produksi listrik," ungkap dia.

Ia mengatakan, dari target produksi 10.000 MW, porsi terbesar akan berasal dari pembangkit listrik tenaga panas bumi. Total kapasitas pembangkit geotermal  mencapai 4.906 MW. Pasokan listrik dari pembangkit listrik tenaga air (PLTA) sekitar 1.800 MW, sementara  sekitar 3.294 MW berasal dari pembangkit listrik tenaga angin dan sinar matahari. PLN tidak menggarap seluruh proyek PLTP. "Perusahaan listrik swasta atau independent power producer (IPP) akan ikut," katanya.

Investasi paling tinggi

Nur Pamudji, Direktur Utama PLN mengatakan, pembangunan PLTP, pembangkit tenaga air serta matahari membutuhkan waktu 4 tahun-6 tahun. Perkiraan dia, proyek 10.000 MW tahap II akan rampung semua tahun 2020. "Akan ada yang onstream tahun 2014 nanti, yakni PLTP Ulubelu 3 dan 4," kata dia.

Biaya investasi pembangunan PLTP  boleh dibilang paling mahal ketimbang pembangkit jenis lain. Sebagai perbandingan, untuk menghasilkan listrik 1 MW dari PLTP membutuhkan sekitar US$ 5,06 juta. Sementara investasi PLTU menghabiskan sekitar US$ 1,8 juta per 1 MW.

Sofyan menerangkan, PLN akan menetapkan harga jual listrik swasta melalui tender. Ia memperkirakan, PLN akan membeli listrik dari pembangkit milik swasta di kisaran harga US$ 0,07 per kWh sampai US$ 0,14 per kWh.   

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Edy Can