Listrik ramah lingkungan dengan panel surya



Kian tingginya kesadaran masyarakat akan keterbatasan sumber energi fosil (minyak bumi) mendorong pemanfaatan energi alternatif. Pelan tapi pasti, ada pergeseran gaya hidup yakni dengan mengganti beberapa perangkat sumber energi di rumah. Salah satunya dengan memasang panel surya.

Tren pemakaian panel surya sebagai penghasil listrik terus tumbuh. Beberapa pemilik rumah tinggal mulai melirik perangkat penangkap sinar matahari ini. "Beberapa pemilik rumah mewah di Jakarta mulai menggunakan solar sel sebagai alternatif," kata Budi Supomo, Section Chief Solar PV & LED Product Marketing PT Sharp Electronics Indonesia.

Sharp sebenarnya mulai memperkenalkan produk panel surya ini sejak 2007. Namun, baru pada 2009 mereka berani menjual produk panel surya untuk pasar ritel.


Sejauh ini, selain gedung perkantoran, hotel, dan rumah tinggal, panel surya juga digunakan sebagai pemasok listrik untuk base transceiver station (BTS), stasiun radio panggil dan lampu-lampu jalan sejumlah tempat di Indonesia Timur.

"Semula, pengelola BTS itu menggunakan genset untuk memasok kebutuhan listrik dengan biaya sebulan mencapai Rp 22 juta dan terus meningkat," kata Budi. Nah, dengan panel listrik, meski biaya investasi awal mencapai Rp 1,5 miliar, biaya listrik tiap bulan hanya Rp 5 juta hingga puluhan tahun.

Arsitektur hijau

Budi menambahkan, kini pemasangan panel surya juga sudah terintegrasi dengan desain arsitektur. Artinya, beberapa arsitek yang peduli akan konsep green architecture mulai menerapkan panel surya dalam karya mereka. "Panel surya itu bisa sekaligus menjadi kanopi atau ditampilkan menjadi bagian dari fasade bangunan," terang Budi.

Selain Sharp, ada beberapa perusahaan yang juga menawarkan perangkat panel surya. Salah satunya, PT Dynton Persada Global.

Menurut Antonius Widiarso, Direktur PT Dynton Persada, permintaan panel surya ini mulai banyak terlihat setahun terakhir ini. "Saya banyak mendapatkan proyek panel surya ini terutama di wilayah Nusa Tenggara, Papua dan kawasan Indonesia Timur lainnya," tutur Antonius, yang beberapa waktu lalu juga memasang perangkat panel surya untuk sebuah vila di Bali.

Di Jakarta, pemasangan perangkat panel surya banyak diminta oleh pemilik rumah mewah, hotel, atau universitas.

Sayang, saat ini, biaya investasi untuk pemasangan panel surya masih terbilang mahal. Antonius bilang, harga perangkat sekaligus pemasangan setiap watt (satuan daya listrik) berkisar US$ 5 hingga US$ 5,5.

Sebagai gambaran, Sharp yang pernah memasang perangkat ini pada rumah sederhana yang merupakan proyek pemerintah, mematok biaya Rp 4,5 juta. "Itu dengan daya sekitar 60 Watt untuk menerangi sekitar empat lampu," kata Budi.

Boleh jadi, biaya investasi yang relatif mahal ini yang kurang menarik pemilik rumah tinggal pada umumnya. Tapi, Sharp optimistis, pasar panel surya ini akan terus berkembang. Oleh karena itu, produsen elektronik asal Jepang ini juga berniat membangun pabrik panel surya di Indonesia tahun depan. "Target kami bisa memasang panel surya 160 MegaWatt per tahun," jelas Budi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Catur Ari