LONDON. Perkembangan pesat layanan online dalam sistem perbankan memang memudahkan nasabah untuk mengakses jasa industri keuangan. Namun sisi lain, hal ini juga menjadi alasan bagi perbankan untuk mengurangi jumlah tenaga kerjanya. Tujuannya jelas, menurunkan biaya operasional dan mengerek laba bersih perusahaan. Kasus terbaru terjadi pada Lloyds Banking Group Plc. (Lloyds). yang merupakan satu dari lima bank terbesar di Inggris. Sumber Bloomberg, Kamis (23/10), menyebutkan, bakal ada pemutusan hubungan kerja (PHK) oleh manajemen Lloyds terhadap 9.000 karyawan, pekan depan. PHK ini akan menjadi yang terbesar sejak tahun 2011 silam. Sekedar catatan, lembaga keuangan yang kini menghidupi 88.000 karyawan itu, telah merumahkan sekitar 37.000 pekerjanya sejak tahun 2008.
Sumber Bloomberg menambahkan, salah satu alasan PHK karyawan Lloyds lantaran penggunaan layanan online banking oleh nasabah yang semakin pesat. Data British Banker's Association menunjukkan, terjadi penurunan transaksi di kantor-kantor cabang sebesar 10% sejak awal tahun ini. Terhadap kabar rencana PHK tersebut, Andrew Swailes, Jurubicara Lloyds Banking Group Plc. menolak memberikan komentar. Namun tidak dipungkiri, Antonio Horta Osorio selaku Chief Executive Officer (CEO) Lloyds tengah berjuang meningkatkan laba perusahaan. Tujuan Osorio tak lain adalah mengumpulkan modal demi membeli kembali 25% saham Lloyds yang dipegang Pemerintah Inggris, sebagai akibat dari bailout tahun 2008 senilai £ 20 miliar.