KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Saham blue chip juga menjadi koleksi investor ulung, Lo Kheng Hong. Jika Anda berminat, harga saham blue chip ini masih tergolong murah dan dibawah harga rata-rata dalam 5 tahun terakhir. Saham blue chip yang menjadi koleksi Lo Kheng Hong adalah saham PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS). Saham PGAS merupakan salah satu saham sektor energi yang tergolong blue chip. Saham blue chip adalah saham lapis satu di bursa. Saham blue chip adalah jenis saham yang memiliki kapitalisasi pasar yang besar, mencapai di atas Rp 10 triliun.
Mengutip MNC Sekuritas, saham blue chip memiliki beberapa karakteristik. Salah satunya adalah memiliki kapitalisasi besar. Nilai kapitalisasi suatu perusahaan mampu mencapai nilai triliunan rupiah. Besarnya kapitalisasi pasar ini mampu membuat investor sulit dalam memanipulasi harga. Baca Juga: Harga Saham Tak Sampai Rp 10, Apakah Bisa Untuk Investasi? Di Indonesia, saham-saham yang masuk dalam kategori blue chip berada pada daftar indeks LQ45. Saham PGAS masuk daftar indeks LQ45 periode Agustus 2023-Februari 2024. Sosok investor yang dikenal sebagai penganut value investing yaitu berinvestasi pada saham-saham perusahaan dengan fundamental positif, mengkonfirmasi bahwa dirinya membeli saham PGAS di level harga Rp1.100 per saham. Aksi Lo Kheng Hong atau yang tenar dengan panggilan LKH mengakumulasi saham PGAS ini terjadi setelah dia melepas seluruh kepemilikan sahamnya di PT Mitrabahtera Segara Sejati Tbk (MBSS). Seluruh uangnya kemudian dia gunakan untuk memiliki saham PGAS. “Saya juga belum lama beli PGAS di Rp 1.100. Ketika saya menjual saham MBSS semuanya, ada uang kas. Saya lihat (harga) PGAS Rp 1.100, saya dorong semuanya terus naik ke Rp 1.800,” ujarnya saat dikutip dari seminar virtual yang ditayangkan di akun Youtube, dikutip Selasa (12/9). Baca Juga: Rekomendasi Saham CGS-CIMB Sekuritas: Spec Buy MEDC, AKRA, PGAS, NCKL, MAPA, PGEO Meski begitu, LKH menegaskan, pada dasarnya berinvestasi pada saham perusahaan BUMN dan perusahaan swasta tidak ada bedanya. Tetap sama-sama menarik sejauh fundamental perusahaannya baik dan dijalankan oleh manajemen yang mumpuni. “Jadi sama saja kalau perusahaan BUMN yang bagus dan murah tetap saya beli, jadi tidak ada bedanya,” ucapnya. Hal tersebut sering diistilahkan LKH dengan saham perusahaan yang salah harga. Kelakarnya kerap terucap; saham Mercy (Mercedes Benz) harga bajaj. "Saya tidak menunggu support atau resisten, itu orang teknikal. Saya sama sekali membeli saham itu tidak lihat teknikal, tidak lihat grafik. Saya based on fundamental karena kinerja perusahaan," ujar LKH.
PGAS Chart by TradingView