KONTAN.CO.ID -
Jakarta. Setelah beberapa hari diterpa rumor terkait kemungkinan keluarnya investor lama sebelum pencatatan saham perdana (initial public offering/IPO), emiten teknologi PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) akhirnya buka suara. Dilansir dari situs Bursa Efek Indonesia (BEI), Sekretaris Perusahaan GoTo RA Koesoemohadiani menyatakan bahwa GOTO sedang menjajaki kemungkinan terjadinya penawaran sekunder (
secondary offering) terkoordinasi atas saham perusahaan yang dimiliki pemegang saham sebelum IPO (pra-IPO). Penawaran sekunder terkoordinasi ini berbeda dengan
private placement yang selama ini diisukan. Aksi perusahaan ini mengacu pada upaya memfasilitasi antara para pemegang saham pra-IPO dan para investor baru di pasar negosiasi sehingga tidak merusak harga di bursa saham.
Dengan tegas Koesoemohadiani juga menyampaikan bahwa perseroan tidak akan menerbitkan saham baru dan/atau melakukan penjualan saham di dalam proses ini, sehingga tidak akan terjadi dilusi atas saham perseroan. Jika terjadi perpindahan saham antara pemegang saham pra-IPO dengan investor baru, perusahaan juga tidak akan menerima dana dari transaksi tersebut. Menanggapi potensi terjadinya perpindahan saham dari investor lama ke yang baru, Tirta Citradi analis dari MNC Sekuritas menjelaskan bahwa aksi penjualan saham saat masa
lock up berakhir khususnya oleh investor yang berinvestasi di periode awal adalah hal yang lazim. “Investor jenis
venture capital atau
private equity memiliki
time horizon sekitar 5 sampai 10 tahun untuk mencapai tujuan investasi mereka. Setelah itu, mereka harus
exit sejalan dengan siklus pendanaan mereka dan juga untuk melakukan investasi ke perusahaan lainnya. Jika kita lihat banyak VC atau private equity yang masuk ke GOTO sudah lama ketika risiko berinvestasi di mereka masih sangat tinggi,” ungkapnya. Meski diramalkan ada beberapa modal ventura (VC) atau
private equity yang akan menjual sahamnya di pasar negosiasi tersebut, Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus tetap yakin GOTO juga memiliki sejumlah investor strategis yang kemungkinan besar akan tetap bertahan dan memegang sahamnya di GOTO. Apabila proses
lock up usai, semua akan kembali kepada durasi investasi kepada masing masing investor. “Tentu kami percaya, kekuatan ekosistem GOTO akan mempermudah manajemen menjaga komitmen para investor lama ataupun menarik investor baru untuk tetap memberikan dukungan,” kata Nico.
“Apalagi saat ini GOTO terus mengembangkan inovasi yang memberikan nilai tambah terhadap
user experience yang akan meningkatkan
engagement antara user dengan GOTO. Belum lagi GOTO mempersiapkan proyek kendaraan listrik Electrum, sebuah bisnis yang kian menarik perhatian pelaku pasar dan investor untuk berinvestasi,” katanya. Investor lama atau baru yang percaya akan potensi bisnis GOTO di masa yang akan datang, mereka akan tetap bertahan karena tujuan mereka bukan
capital gain saja, melainkan
value creation dan sinergi bisnis. “Misalnya investor yang lini bisnisnya sejalan dengan produk GoTo, atau jenis investor yang memiliki
time horizon lebih panjang” ungkapnya. Seperti diketahui, beberapa investor strategis yang memegang saham GoTo mencakup perusahan raksasa seperti Google, Telkomsel, Astra, serta beberapa dana abadi pemerintah termasuk ADIA dan Temasek. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Indah Sulistyorini