Logam mulia masih dalam tren bearish



JAKARTA. Harga logam mulia utama seperti emas dan perak masih dalam tekanan. Sepekan lalu, harga kedua komoditas ini terus melorot. Harga emas dalam sepekan lalu terkoreksi sebesar 5% dan perak turun sebesar 5,86%.

Kemarin, harga emas kembali melemah sebesar 1% menjadi US$ 1.351 per ons troi dibanding harga akhir pekan lalu. Ini harga terendah emas sejak 30 September 2010. Adapun, harga perak juga tersungkur sebesar 3,44% menjadi US$ 21,58 per ons troi. Harga perak juga menyentuh harga terendah sejak 23 September 2010.

Para analis yang dihubungi KONTAN memprediksi, pelemahan harga emas dan perak masih akan berlanjut. Ibrahim, analis Harvest International Futures mengatakan, harga emas dalam sebulan terakhir masih mendapatkan tekanan dari spekulasi percepatan penghentian program stimulus moneter The Fed. Ini membuat dollar AS menguat dan menekan harga emas.


Sentimen kedua datang dari China yang tidak bersedia melonggarkan kebijakan moneter, meski kondisi ekonomi sedang melemah. Tekanan semakin berat setelah Soros Fund Management, BlackRock Inc. dan Northern Trust Corp menjual kepemilikan emas dalam exchange- traded products (ETP).

Ibrahim memperkirakan, harga emas bisa menembus US$ 1.200 per ons troi di bulan ini. Tekanan bakal makin besar pada semester II. Harga emas bisa terkoreksi hingga US$ 1.150 per ons troi. "Namun, di akhir tahun harga emas bisa kembali ke kisaran US$ 1.650 per ons troi," ujar Ibrahim.

Tekanan harga emas juga akan berpengaruh terhadap harga logam mulia lain dan logam industri. Biaya operasional yang harus dikeluarkan lebih tinggi oleh perusahaan penambang emas tidak sebanding dengan hasil penjualan. Ini akan membuat banyak perusahaan tambang emas gulung tikar.

Bergeser ke saham

Nizar Hilmy, analis Soe Gee Futures menambahkan, minat pelaku pasar berinvestasi di logam mulia telah bergeser ke instrumen lain seperti saham, seiring ekspektasi ekonomi AS yang membaik. Bursa saham saat ini dianggap menjanjikan return yang lebih menarik ketimbang bursa komoditas. Kondisi ini membuat harga logam mulia termasuk perak menjadi merana.

Berdasarkan data Bloomberg pada 17 Mei, kepemilikan perak di ETF juga turun menjadi terendah dalam empat bulan terakhir. Sebenarnya, harga perak sempat mendapat topangan dari program stimulus moneter Jepang. Namun, sentimen itu ternyata tidak mampu menjadi bantalan untuk menahan pelemahan harga perak.

Nizar memprediksi, harga perak masih akan tertekan dalam kurun waktu yang cukup lama. Sampai akhir semester I, harga perak diperkirakan melemah di kisaran US$  20- US$ 27 per ons troi. Sampai akhir tahun, dia memperkirakan harga perak akan melemah di kisaran US$ 20-US$ 30 per ons troi. "Harga perak bisa terangkat jika harga saham terkoreksi cukup dalam dan di waktu yang sama dollar AS juga dalam kondisi melemah," ujar Nizar.   

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Rizki Caturini