Lokalisasi disulap jadi sentra pasar ayam Solo (1)



SOLO. Kota Solo tidak hanya terkenal dengan industri batik. Banyak juga aktivitas perdagangan berskala cukup besar seperti di Kelurahan Semanggi, Kecamatan Pasar Kliwon. Kawasan ini merupakan salah satu kawasan yang cukup sibuk di Solo. Sebab di wilayah ini Anda akan menemukan pusat-pusat penjualan barang, seperti Pasar Notoharjo yang merupakan sentra penjualan barang bekas dan juga sentra penjualan ayam, itik, dan kambing.

KONTAN sempat menyambangi salah satu sentra penjualan ayam terbesar di Solo,  tepatnya di Jalan Serang, Semanggi, Solo. Harga ayam pedaging dan telur di sentra ini sudah kondang lebih miring. Tempatnya pun mudah akses karena hanya berjarak 5 km dari pusat kota.

Ketika sampai tempat ini, Anda akan menemukan lebih dari 170 kios penjual dan jasa pemotongan ayam. Saat KONTAN berkunjung ke sentra tersebut, aktivitas di sana sangat sibuk. Kondisi pasar terasa sesak dan penuh, aroma tidak sedap pun langsung menusuk hidung.


Cipto Suwiryo, lelaki berusia 60 tahun yang sudah berjualan ayam di tempat ini bercerita, awalnya Jalan Serang di Kelurahan Semanggi ini merupakan tempat lokalisasi dan banyak panti pijat. Namun, karena Solo ingin dianggap ikon kota budaya, kata Cipto, area tersebut digusur dan dijadikan sentra penjualan dan pemotongan ayam pada tahun 1970. Cipto sendiri sudah berjualan di Jalan Serang ini sejak tahun 1990.

Di sentra ini, pembeli tidak hanya bisa membeli ayam saja, tapi juga itik dan burung. Cipto menjual dua jenis ayam, yaitu ayam petelur dan ayam broiler (ayam potong). Setiap hari Cipto dan dua anaknya berjualan ayam sejak pukul 8 pagi hingga pukul 4 sore.

Terkadang jika sedang banyak pelanggan, lapaknya sudah tutup sejak pukul 2 siang. Cipto memiliki dua buah kios di tempat yang sama. Dalam sehari, Cipto mengaku bisa menjual lebih dari 700 ekor ayam.

Ayam broiler dihargai Rp 20.000 per kg, sedangkan ayam petelur dihargai Rp 50.000 per kg. Cipto mengaku ayam-ayamnya selalu habis terjual karena dibeli untuk bahan baku pedagang sate, soto, dan penjual makanan lainnya. Dari situ, Cipto bisa mengantongi omzet lebih dari Rp 20 juta per hari atau sekitar Rp 600 juta per bulan.

Dengan dibantu lima orang karyawan, Cipto mulai memasok ayam pukul 2 pagi untuk dijual pukul 8 pagi. Perputaran penjualan ayam di sana cepat. Ayam dari Jalan Serang ini banyak dikirim ke berbagai daerah.

Penjual ayam lainnya adalah Rahayu Slamet. Perempuan berusia 52 tahun ini mengaku mendapat tempat berjualan gratis dari pemerintah kota. Ia hanya membayar uang kebersihan saja. Berawal dari menjual secara eceran sejak 1983, sekarang dia bisa menjua 450 ekor ayam per hari.  Omzet bisa Rp 13 juta per hari.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Hendra Gunawan