JAKARTA. Masih ingat peristiwa mengerikan kecelakaan kereta di Bintaro pada 19 Oktober 1987 yang menewaskan 156 orang dan melukai 300 orang? Lokasi kecelakaan peristiwa yang kini dikenang sebagai Bintaro 1 itu ternyata tak jauh dari kecelakaan KRL Commuter Line pada Senin (9/12) siang yang menewaskan sedikitnya enam orang dan 85 orang terluka. Dua saksi mata pada peristiwa Bintaro I (Tahun 1987) dan Bintaro II (2013) mengungkapkan kesaksiannya. Adalah Pamuji (48), petugas penjaga pintu perlintasan kereta Pesangrahan, Bintaro atau lokasi persisnya kecelakaan kereta Bintaro II. Pamuji menyebut, peristiwa tragis kecelakaan dua kereta pada 26 tahun lalu di Bintaro, lokasinya hanya berjarak sekitar 500 meter dari lokasi kecelakaan kereta pada Senin (9/12) siang. "Lokasi kejadian Bintaro tahun 1987 hanya sekitar 500 meter dari lokasi kejadian tadi siang," ujar Pamuji seperti di kutip Tribunnews.com.
Pamuji yang mengawali karirnya di PT Kereta Api Indonesia (KAI) sejak 1986 lalu itu juga merupakan saksi kasus tragedi Bintaro Tahun 1987. 26 tahun lalu ia merupakan salah satu petugas PT.KAI yang membantu pengevakuasian mayat-mayat korban tragedi Bintaro. Dan kini Pamuji bertugas menjadi penjaga pintu perlintasan maut tersebut. Senin siang sebenarnya Pamuji sempat sempat berlari keluar pos penjagaannya saat menyaksikan truk tangki Pertamina "nyelonong" masuk ke perlintasan walaupun sirine penanda kereta lewat sudah dinyalakan. Ia makin panik ketika menyaksikan truk tangki bernomor Polisi B-9265-SEH berhenti di tengah jalur. Ditemui di Polsek Metro Pesanggrahan, Senin (09/12), Pamuji mengaku ia langsung berlari menghampiri truk itu sembari mengibar-ngibarkan bendera merah. Ia berharap truk itu mundur. Namun karena truk yang dikemudikan Chosimin (44) dan dikeneki Mudjiono (44) itu sudah masuk terlalu jauh ia pun meminta sang supir truk untuk terus melaju, ia arahkan bendera merah itu ke arah Tanah Kusir. "Saya tidak tahu itu mesin mobil mati atau tidak, yang pasti mobil itu berhenti di tengah jalur. Lalu kereta datang," katanya. Dengengan kecepatan sekitar 70 kilometer perjam ular besi yang sarat penumpang itu menghantam truk tersebut, hingga menyebabkan bahan bakar yang dibawa truk itu meledak dengan suara yang memekakan telinga.