Lokasi-lokasi yang diprediksi jadi tempat pertemuan Kim Jong Un-Donald Trump



KONTAN.CO.ID - SEOUL. Sejak Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengumumkan dirinya bersedia bertemu dengan Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un pekan lalu, spekulasi mengenai tempat yang mungkin dipilih untuk menjadi lokasi pertemuan pertama antar pemimpin kedua negara kian merebak.

Kim belum secara terbuka mengonfirmasi undangannya untuk bertemu dengan Trump dalam upaya untuk meredakan kebuntuan mengenai program nuklir Pyongyang. Di sisi lain, para pejabat di Seoul dan Washington mengatakan bahwa lokasi dan waktu pertemuan tingkat tinggi tersebut harus segera ditentukan.

Namun, hal itu tidak menghentikan para pejabat, analis, dan pengamat lainnya untuk memperdebatkan pro dan kontra dari kemungkinan lokasi pertemuan puncak tersebut. Sebut saja mulai ibu kota Korea Utara Pyongyang, hingga Area Keamanan Bersama (JSA) antara kedua Korea, atau lebih jauh dari sana yaitu daerah lain di Asia atau Eropa.


Berikut adalah beberapa lokasi yang paling memungkinkan menjadi tempat pertemuan Kim-Trump:

- Area keamanan bersama, Panmunjom

Salah satu wilayah yang paling banyak disebut adalah Area Keamanan Bersama di Panmunjom yang berada di bawah Garis Demarkasi Militer antara Korea Utara dan Selatan.

Ini adalah satu-satunya tempat di sepanjang Zona Demiliterisasi yang diawasi dengan ketat di mana tentara Korea Utara bertatap muka langsung dengan pasukan Komando Korea Selatan dan Perserikatan Bangsa-Bangsa.

"Tempat-tempat seperti Swiss, Swedia atau Pulau Jeju telah mendapat banyak perhatian, tapi kami juga menganggap JSA sebagai pilihan yang serius," kata seorang pejabat Korea Selatan di Blue House, Minggu.

Sejumlah pihak tampak skeptis karena melihat JSA sebagai simbol Perang Korea dan dapat memicu ketegangan lanjutan, dibanding tempat untuk kesepakatan damai.

Kendati demikian, di lokasi ini, pertemuan Kim dan Trump bisa terjadi tanpa perlu melakukan perjalanan jauh dari pasukan keamanan mereka masing-masing atau terlihat berkerumun di ibukota "musuh".

Kim dijadwalkan bertemu dengan Presiden Korea Selatan Moon Jae-in di JSA pada April untuk pertemuan puncak pertama mereka. Para  pejabat Korea Selatan melihatnya sebagai langkah pertama untuk merealisasikan pertemuan dengan Trump.

"Jika Korea Utara dan AS, yang merupakan pihak yang terlibat langsung dalam kesepakatan gencatan senjata, mengadakan pertemuan puncak di Panmunjom, akan memiliki arti penting untuk mengubah simbol perpecahan menjadi satu perdamaian," kata pejabat Blue House.

- Pulau Jeju

Tempat lain di Korea Selatan yang juga disebut-sebut paling memungkinkan untuk pertemuan kedua negara adalah Pulau Jeju yang indah. Selain terletak di wilayah lepas pantai, pulau ini mudah diakses oleh kapal atau pesawat terbang dari semenanjung Korea.

Ayah Kim Jong Un dan pendahulunya, Kim Jong Il, diketahui takut terbang. Namun dalam foto resmi yang dirilis pemerintah Korut, Kim muda tampak turun dari pesawat terbang dan bahkan "menerbangkan" pesawat yang dirancang Korea Utara.

"Di Korea, saya setuju dengan Pulau Jeju. Jeju memiliki jiwa, lahir dari tragedi, dan keindahan dan alam," kata Profesor John Delury, Yonsei University, yang memimpin sebuah diskusi tentang kemungkinan lokasi puncak di Twitter.

Pulau ini menjadi tuan rumah forum "perdamaian dan kemakmuran" tahunan pada Mei mendatang yang dirancang untuk menarik para pemimpin internasional.

"Sebagai 'Pulau Damai', Jeju adalah tempat yang ideal untuk mengadakan KTT Korea Utara-AS," kata gubernur Jeju mengatakan dalam sebuah pernyataan.

- Eropa

Beberapa tempat di Eropa, termasuk Swiss dan Swedia, disebut-sebut sebagai lokasi netral yang sangat memungkinkan untuk dijadikan pertemuan puncak.

Kedua negara memiliki reputasi internasional sebagai mediator, dan keduanya berperan sebagai anggota Komisi Pengawas Wilayah Netral yang membantu mengatur hubungan antara kedua Korea setelah gencatan senjata 1953 yang dihentikan sementara -namun tidak secara resmi berakhir.

Menurut mantan teman sekelas di sana, saat kanak-kanak, Kim dan saudara-saudaranya bersekolah swasta elit di Swiss pada tahun 1990an. Namun, saat Kim menghabiskan waktunya di Barat tidak menjadi bagian resmi dari biografinya. Analis mengatakan, hal ini untuk menghindari perhatian publik pada periode ini di Korea Utara yang sosialis dan miskin.

Kementerian luar negeri Swiss mengatakan bahwa negara tersebut siap untuk memfasilitasi pembicaraan antara Korea Utara dan Amerika Serikat, sekaligus melakukan kontak dengan kedua belah pihak.

"Terserah pihak-pihak yang terlibat untuk memutuskan kapan dan di mana perundingan akan digelar," kata kementerian tersebut dalam sebuah pernyataan.

Perdana Menteri Swedia mengatakan kepada wartawan pada Sabtu lalu bahwa negara tersebut siap untuk membantu "dengan cara apa pun."

Menurut laporan sejumlah media Swedia, pemerintah Swedia telah mengadakan pembicaraan tidak resmi di masa lalu, dan menteri luar negeri Korea Utara diperkirakan akan segera berkunjung ke negara tersebut.

Asia

Pertemuan puncak di Asia akan lebih dekat dengan rumah bagi Kim. Kota-kota seperti Beijing, Singapura, Hanoi, atau bahkan Ulan Bator di Mongolia telah disebut-sebut sebagai lokasi yang tepat untuk pertemuan kedua pemimpin.

Beijing dipandang sebagai salah satu pendukung Pyongyang terbesar, dan telah menyelenggarakan serangkaian perundingan multilateral mengenai Korea Utara yang diadakan sejak 2003 dan dihadiri oleh China, Jepang, Korea Utara, Rusia, Korea Selatan, dan Amerika Serikat.

Namun, dalam beberapa tahun terakhir, hubungan antara Pyongyang dan Beijing telah mendingin. Analis mengatakan bahwa Trump mungkin tidak tertarik untuk memberikan saingan besar seperti China kesempatan untuk mencuri perhatian.

Ibu kota Mongolia, Ulaanbaatar, telah menjadi lokasi negosiasi sensitif masa lalu dengan warga Korea Utara, memelihara hubungan persahabatan antara kedua belah pihak, dan memiliki sedikit beban politik.

Pyongyang atau Washington

Sejauh yang diketahui publik, Kim belum meninggalkan Korea Utara sejak berkuasa pada 2011, yang berarti setiap perjalanan ke luar negeri mungkin menimbulkan masalah.

Pertemuan sebelumnya antara pejabat Korea Utara dan Amerika dilakukan di Pyongyang, termasuk sebuah pertemuan tahun 2000 antara Sekretaris Negara AS Madeleine Albright dan ayah Kim dan pendahulu Kim Jong Il. Mantan Presiden Bill Clinton dan Jimmy Carter juga telah melakukan perjalanan ke Pyongyang.

Namun, perjalanan Albright ke Korea Utara dikritik karena tampil sebagai pengesahan rezim brutal dan opresif. Setiap pertemuan di Korea Utara -bahkan di luar Pyongyang- dipandang sebagai tembakan panjang karena setiap kunjungan Trump berisiko mendapatkan kritik terhadap Presiden Amerika.

Kim juga bisa menghadapi masalah yang sama saat bepergian ke Amerika Serikat, di mana tidak ada pemimpin Korea Utara yang pernah berkunjung. Kondisi ini membuat banyak pengamat menilai, lokasi pertemuan akan lebih baik dilakukan di area netral.

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie