MOMSMONEY.ID - Indonesia adalah negara agraris. Potensi ekonomi yang berasal dari sektor pertanian pun besar. Lihat saja, peran sektor pertanian dalam menyumbang produk domestik bruto (PDB) Indonesia dan lapangan kerja juga tidak main-main. Berdasarkan data Kementerian Keuangan di kuartal III 2023, sektor pertanian tercatat berkontribusi sebesar 13,57% terhadap PDB. Angka kontribusi tersebut meningkat dari 2022 yang sebesar 13,02%. Namun, bisnis sektor pertanian di Indonesia masih menuai kendala. Seperti, panen yang tidak optimal maupun harga hasil panen yang fluktuatif, hingga kurangnya jumlah petani.
Melihat permasalahan tersebut, kini banyak bermunculan
startup agritech yang berusaha menyediakan solusi. Usaha menjadikan sektor pertanian menjadi lebih baik dan efisien menjadi celah yang
agritech tangkap sebagai peluang bisnis. Salah satu,
agritech tersebut adalah Lokatani. Agritech ini memiliki fokus untuk memberdayakan petani sayuran dengan metode hidroponik. Dengan teknologi yang Lokatani hadirkan, para petani bisa menghasilkan sayuran yang berkualitas tinggi dan mendapat pasarnya.
Baca Juga: Solusi Teknologi yang Tepat Guna Dalam Bertani Co-Founder & CEO Lokatani Abdul Choliq bercerita sebelum Lokatani mulai menjalankan bisnis di 2020, Choliq yang juga seorang anak petani ini mencoba menanam sayuran dengan metode hidroponik di belakang rumahnya pada 2018. Setelah percobaan dan berbagai riset yang Choliq lakukan, ia akhirnya mengembangkan bisnis Lokatani. "Awal mulai bertani itu sulit, banyak variabel yang harus diperhatikan untuk bisa menghasilkan sayuran berkualitas tinggi, tapi dengan teknologi yang saya kembangkan ternyata berhasil, akhirnya saya coba ajak petani lain beri edukasi dan memasarkan produk mereka lewat teknologi," kata Choliq, Selasa (17/9). Lokatani fokus pada inovasi teknologi metode hidroponik karena Choliq mengamati hasil tanaman hidroponik bisa berkualitas tinggi dan memiliki harga yang premium. Dengan begitu, para petaninya bisa menjadikan aktivitas ini sebagai mata pencaharian utama mereka. Fitur yang Lokatani sediakan bernama LokaTech. Teknologi ini hadir dalam bentuk aplikasi, perangkat keras, dan IoT yang dapat membantu pengelolaan kebun hidroponik dan mendukung produksi sayuran yang sehat dan berkualitas. Teknologi tersebut akan membuat kerja petani lebih praktis dalam mengontrol kebun secara
real time. Petani juga dapat dimudahkan dalam melacak inventaris hasil panen dan stok bahan lainnya.
Baca Juga: Tech Winter, Sejumlah Perbankan Selektif Berikan Pendanaan ke Startup Dengan menggunakan teknologi
argitech dari Lokatani, Choliq mengatakan petani dapat menyesuaikan jadwal panen dengan permintaan pasar. "Kami bisa setiap 2 hari itu panen, jadi semua petani mitra produknya terpasarkan dan bisa konsisten secara kualitas dan jumlah," kata Choliq.
Permintaan pasar yang sudah pasti dan ketersediaan panen yang pas, membuat Lokatani bisa membeli sayuran petani mitranya dengan harga yang konsisten dalam rentang tinggi untuk tanaman hidroponik. "Petani bisa untung hampir 65%, harga sayuran dari petani Lokatani bisa Rp 18.000-Rp20.000 per kilo," kata Choliq. Dalam memonetisasi bisnis, Lokatani salah satunya menjalankan kerjasama
profit sharing dalam mengelolan
green house hidroponik. Selain itu, ada biaya langganan penggunaan teknologi IoT sekitar Rp 300.000-Rp 700.000 per bulan tergantung kebutuhan petani. Sejauh ini Lokatani sudah bekerjasama dengan 5 restoran dan 26 tempat penjualan dalam mendistribusikan hasil panen petani mitra yang tersebar di wilayah Jabodetabek. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Danielisa Putriadita