Lolos prakualifikasi, Astra ingin kantongi 30% konsesi proyek PLN



JAKARTA. Ambisi PT Astra International Tbk (ASII) menggarap sektor listrik makin dekat dengan realisasi. Penguasa otomotif tersebut, melalui anak usaha yang dimilikinya secara tidak langsung yaitu PT Pamapersada Nusantara (Pama) telah lolos prakualifikasi di proyek pembangkit mulut tambang (mine mouth) milik pemerintah.Dalam penggarapan proyek milik PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) tersebut Pama tidak sendirian. Perusahaan yang sepenuhnya dimiliki PT United Tractors Tbk (UNTR) anak usaha ASII itu tergabung dalam konsorsium bersama tiga perusahaan lainnya.Direktur Utama UNTR Djoko Pranoto mengatakan, porsi Pama tidak mayoritas. "Hanya sebesar 30%," ujarnya kepada KONTAN akhir pekan lalu.Namun, manajemen Group Astra belum bersedia mengungkapkan identitas tiga perusahaan lainnya tersebut. Djoko pun mengaku belum bisa menentukan target penyelesaian tender pembangkit listrik tersebut. Kepala Komunikasi Korporat ASII Arief Istanto menambahkan, jika Astra berhasil memenangkan tender itu, diperkirakan pembangunan konstruksinya baru akan dimulai tahun 2012 mendatang.Seperti diketahui, saat ini Astra tengah berupaya memperoleh proyek untuk menggarap dua pembangkit listrik mulut tambang milik PLN yang nilainya mencapai US$ 1,17 miliar.Perinciannya, pembangkit pertama berkapasitas 2x300 Mega Watt (MW) nilainya sekitar US$ 720 juta hingga US$ 780 juta. Pembangkit ke dua berkapasitas 2x150 MW dengan nilai proyek sekitar US$ 360 juta - US$ 390 juta.Dengan kata lain, setiap 1 MW nilainya mencapai US$ 1,2 juta hingga US$ 1,3 juta. Proyek pembangkit itu merupakan bagian dari proyek pembangkit listrik 10.000 MW milik PLN.Manajemen juga belum berkenan membeberkan dari mana sumber pendanaan untuk menggarap proyek tersebut. Sekedar mengingatkan, sebelumnya Presiden Direktur ASII Prijono Sugiarto pernah mengatakan, dari total US$ 1,3, miliar belanja modal (capex) ASII tahun ini, sebagian besar dialokasikan untuk Pama. Ia bilang anggaran yang disiapkan untuk anak usahanya yang bergerak di bidang kontraktor pertambangan itu sekitar US$ 500 juta.Sepanjang 2010, kontribusi pendapatan Pama terhadap total pendapatan bersih UNTR sebesar 45,4%. Adapun total pendapatan bersih UNTR tahun lalu mencapai Rp 37,32 triliun. Kontribusi terbesar disumbang dari penjualan alat berat yaitu 46,3%. Sedangkan sisanya yaitu sebesar 8,3% diperoleh dari unit usaha pertambangan yang di bawah anak usahanya Dasa Eka Jasatama (DEJ) dan Tuah Turangga Agung (TTA).Namun, sayang, laba bersih UNTR selama 2010 cenderung stagnan dibanding 2009. UNTR mencatatkan laba bersih tahun lalu sebesar Rp 3,87 triliun, sedangkan di 2009 laba bersihnya Rp 2,81 triliun. Manajemen menjelaskan, hal itu disebabkan tren penguatan nilai tukar rupiah terhadap dollar AS serta peningkatan biaya produksi pada unit usaha kontraktor penambangan akibat curah hujan yang tinggi.Alhasil, laba kotor UNTR pun tidak banyak bertambah yaitu dari Rp 6,67 triliun di 2009 menjadi Rp 6,79 triliun. Selanjutnya, kenaikan beban usaha dan lain-lain perseroan juga menyebabkan laba usaha tahun lalu merosot 31,2% menjadi Rp 358,47 miliar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Editor: